Marak Koreografi Suporter, PSSI Minta Jangan Berlebihan

Senin, 17 September 2018 | 12:52 WIB
Marak Koreografi Suporter, PSSI Minta Jangan Berlebihan
Sekjen PSSI Ratu Tisha Destria saat ditemui di acara kerja sama dengan Giordano di Grand Indonesia, Jakarta, Kamis (9/8/2018). [Suara.com/Adie Prasetyo]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Belakangan aksi koreografi sedang marak dilakukan oleh suporter sepak bola Indonesia. Meski tidak melarang tindakan tersebut, PSSI ingin kreativitas tersebut tidak dilakukan secara berlebihan.

Banyak makna dari koreografi yang dibuat oleh para suporter. Seperti murni menjatuhkan mental lawan dan memberikan dukungan kepada timnya ataupun menyindir pihak lain.

Sekretaris jenderal PSSI Ratu Tisha Destria menyebutkan sudah ada regulasi yang mengatur terkait hal tersebut. Pihaknya akan memberikan sanksi kepada klub yang suporternya membuat koreografi berbau sindiran yang melanggar regulasi.

"Sudah diatur di dalam regulasi setiap koreografi ataupun perkataan yang berbau rasisme, agama, politis, komunitas tertentu dan sebagainya itu pasti dilaporkan di Match Commissioner. Dan tidak perlu ada dengar-mendengar dari klub tersebut. Pasti klub yang bersangkutan kita langsung jatuhi hukuman. Itu sudah diatur di regulasi," kata Tisha.

"Jadi di situ saja. Tapi PSSI hukumnya di hukum sepak bola kita punya wewenangnya di hukum sepak bola. Kita tidak punya kekuasaan untuk mengubah kepribadian seseorang. Itu kan pendidikan yang mereka sudah dapat dari sekolah mereka sehari-harinya, bagaimana dengan teman mereka, itu hukum kenegaraan dan pendidikan," katanya.

Tisha mengatakan tidak berhak melarang kreatifitas yang dibuat oleh suporter. Namun, sanksi bakal dikeluarkan oleh Komite Disiplin (Komdis) PSSI jika adanya pelanggaran yang dilakukan.

"PSSI tidak punya kuasa sampai ke sana. Yang kita punya adalah hukum sepak bola. Jadi ya kita akan memberikan sanksi yang setegas-tegasnya tentang pelanggaran-pelanggaran di hukum yang bisa kita kontrol."

"Namun kalau saya ditanya apa solusinya untuk mencegah hal tersebut, ya kita harus bersinergi bersama dengan Kementerian Pendidikan dan Budaya serta Kementerian Olahraga, itu adalah permasalahan negeri ini dan itu terjadinya tidak hanya di sepak bola," pungkasnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI