Luka Modric, Prestasi dan Bakat yang Terasah di Masa Perang

Syaiful Rachman Suara.Com
Jum'at, 31 Agustus 2018 | 20:21 WIB
Luka Modric, Prestasi dan Bakat yang Terasah di Masa Perang
Pemain Kroasia Luka Modric bersiap melakukan tendangan penjuru di partai final Piala Dunia 2018 [AFP]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

"Saya sering merenung atas apa yang terjadi di masa kecil di Kroasia. Semua itu memicu saya agar tidak mudah menyerah."

Di era peperangan, Modric menghabiskan masa kecilnya di beberapa penampungan. Rumahnya di Modrici dibakar hingga rata dengan tanah setelah kakeknya dieksekusi pemberontak Serbia. Sang ayah pun memutuskan untuk bergabung dengan tentara Kroasia, meninggalkan Modric, ibu dan adik-adiknya ke medan perang.

Hidup di penampungan di kota Zadar, nyawa Modric dan pengungsi lainnya masih terancam. Karena bom kerap menghujani kota itu selama empat tahun berlangsungnya peperangan.

Namun siapa sangka, di masa-masa sulit itu mental Modric kecil mulai terbentuk. Untuk melupakan penderitaan, Modric pun mulai mengalihkan pikirannya dengan bermain sepak bola di penampungan.

Baca Juga: Ini 40 Lokasi Parkir untuk Penutupan Asian Games 2018

Atas bantuan pamannya, satu tahun berlangsungnya perang, Modric pun mulai bersekolah. Di mana dirinya semakin akrab dengan sepak bola.

"Saya mendengar tentang anak yang hiperaktif yang selalu menggiring bola di pengungsian, bahkan tidur dengan bola," ujar Josip Bajlo yang melatih Modric kecil di NK Zadar.

"Dia sangat kurus. Tubuhnya kecil, tidak sesuai dengan usianya. Tapi ketika melihatnya bermain bola, anda sadar ada yang istimewa dari anak itu," sambungnya seperti dikutip The Guardian.

Mantan pelatih Luka Modric Josip Bajlo yang kini menjabat sebagai direktur NK Zadar [AFP]
Mantan pelatih Luka Modric Josip Bajlo yang kini menjabat sebagai direktur NK Zadar [AFP]

Turnamen antar kamp pengungsian, menjadi turnamen pertama Modric kecil yang tergabung di klub kecil NK Zadar. Turnamen pelipur lara yang mempertemukannya dengan Tomislav Basic yang hingga saat ini dianggap Modrid sebagai ayah angkat.

Bertubuh kecil dan kurus, membuat Modric kesulitan untuk bergabung dengan klub yang bisa menjadikannya  pesepakbola profesional. Hajduk Split, klub sepak bola regional di Dalmatia pun menolak Modric mentah-mentah hanya karena penampilan Modric yang sangat tidak meyakinkan.

Baca Juga: Korban Gempa Lombok Ikut Bangun Rumah, Puan: Biar Tak Bengong

Namun Basic tidak putus asa. Keyakinannya akan bakat Modric, membuatnya berjuang keras hingga Modric, yang saat itu berusia 16 tahun, diterima Dinamo Zagreb. Satu tahun kemudian, Modric dipinjamkan ke Zrinjski Mostar dan pertama kalinya bermain di Liga Utama Bosnia dan Herzegovina.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI