Suara.com - Ketua Umum Persipura Jayapura Benhur Tomi Mano angkat bicara terkait kekalahan timnya dari PS Tira dengan skor 0-1 pada laga pekan ke-20 Liga 1 2018 di Stadion Sultan Agung, Bantul, Sabtu (11/8/2018). Meski mengakui kekalahan, Benhur menyoroti kepemimpinan wasit.
"Menyikapi pertandingan kemarin hadapi PS Tira, ada beberapa hal yang saya soroti, kita bisa lihat di babak pertama kita tidak bermain maksimal, lawan menguasai permainan. Tapi di babak kedua anak-anak kita sudah bermain dengan sangat baik, bahkan kita menekan dan kuasai permainan," kata Benhur dalam rilis yang diterima suara.com.
"Ada peluang, tapi secara keseluruhan kita bermain tidak seperti biasanya, secara teknis kita akan diskusi dan cari solusinya bersama tim pelatih saat mereka tiba di Jayapura nanti," ungkapnya.
Gol kemenangan PS Tira dicetak oleh Ahmad Nufiandani pada menit keenam. Namun, bukan hasil kekalahan yang menjadi sorotan Banhur.
Menurut Benhur ada beberapa keputusan wasit Novari Ikhsan yang membuat mental Boaz Solossa dan kawan-kawan tidak main maksimal. Menurutnya, cara seperti ini sangat tidak benar.
"Kita juga soroti kepemimpinan wasit Novari Ikhsan, dia sangat responsif pada pemain kita. Situasi ini membuat pemain jadi sangat hati-hati, anak-anak bermain tidak lepas dan mudah tersulut emosi, akhirnya hilang fokus."
"Cara wasit seperti ini akan jelas merugikan tim. Kita lihat ada diving dilakukan pemain lawan di kotak 16 kita, tapi tidak dikenakan kartu, beberapa kali free kick harus diulangi atas permintaan wasit, banyak kejadian yg buat pertandingan terhenti di babak kedua tapi perpanjangan atau tambahan waktu hanya 3 menit."
"Sementara wasit seperti membiarkan pemain lawan mengulur-ulur waktu, kondisi ini menurut kami ikut memperburuk permainan karena anak-anak sudah terganggu secara mental. Pernyataan ini bukan utk mencari kambing hitam atas kekalahan kita, kita akui kita kalah, tetapi kita tidak boleh tutup mata atas kemungkinan kesalahan pihak lain yang terkait langsung dengan pertandingan itu," jelasnya.
Oleh karenanya, Benhur kembali menuntut PSSI terkait perangkat pertandingan. Pimpinan tim Mutiara Hitam itu belum melihat adanya pembenahan wasit seperti apa yang dibicarakan PSSI sebelumnya.
"Oleh karenanya kita minta PSSI untuk buktikan pernyataan mereka bahwa ingin benahi perwasitan kita, faktanya kita belum lihat, belum hilang ingatan kita keputusan wasit Dodi yang anulir gol Hilton di Lamongan, eh sekarang ada lagi."
"Ini bukan masalah kalah menang, kalau wasitnya baik kita pasti respek walaupun kita kalah, buktinya saat kita kalah di kandang dari Bhayangkara, kita tetap respek wasitnya karena dia baik, juga saat kita imbang lawan PSIS di kandang, wasitnya bagus, kita tidak protes," ujarnya.
Lebih lanjut, Benhur ingin agar PSSI secepatnya melakukan tindakan seperti hukuman atau evaluasi kepada perangkat pertandingan. Jika terus seperti ini, menurutnya dampaknya akan semakin buruk bagi sepak bola Indonesia.
Beliau pun tidak tahu lagi harus meminta bantuan kepada siapa terkait hal ini. Bahkan, Benhur ingin mengadukan masalah ini kepada Menteri Pemuda dan Olahraga serta Presiden Republik Indonesia.
"Jadi kita minta tolong sama PSSI mana bukti pembenahan itu, jangan juga bikin pernyataan kalau wasit bikin salah jangan dihukum, itu kan seakan-akan membuka ruang wasit untuk berbuat salah. Mereka dihukum pun hasil pertandingan tidak bisa dirubah, apalagi tidak dihukum, mereka jadi seperti bebas saja."
"Kalau PSSI tidak segera respon keluhan klub terkait wasit, jangan salahkan kalau kami curigai PSSI terlibat dan jadi bagian dari bobroknya perwasitan kita. Kalau PSSI saja sudah tidak bisa kita mintai tolong untuk benahi, lantas kemana lagi? apakah kita harus ke Menpora atau Presiden? Kalau begini ya kita Berserah saja sama Tuhan," pungkasnya.