Suara.com - Sabtu (17/6/2018), duel dua raksasa akan tersaji di Stadion Fisht. Mantan juara Piala Dunia 2010 Spanyol akan menghadapi jawara Piala Eropa 2016, Portugal.
Pertandingan ini diprediksi bakal berlangsung menarik. Bukan hanya karena predikat tim unggulan yang tersemat pada Spanyol dan Portugal yang bertabur pemain bintang. Akan tetapi duel antara keduanya disebut-sebut bakal menentukan hasil dari perebutan dua tiket 16 besar yang tersedia di Grup B.
Sebagaimana diketahui kedua tim tengah dirudung masalah jelang kiprah mereka di Piala Dunia 2018. Hasil kurang sempuran dibukukan Portugal di beberapa pertandingan terakhirnya jelang putaran final Piala Dunia.
Sedangkan di kubu Spanyol, sedang terjadi transisi. Federasi Sepak Bola Spanyol, RFEF, nekat berjudi dengan menunjuk pelatih baru satu hari jelang bergulirnya pesta akbar sepak bola empat tahunan itu.
Baca Juga: Istrinya Ditahan KPK, Suami Bupati Kukar Sebut Anaknya Enjoy Saja
Julen Lopetegui, sosok yang membawa Spanyol tak tersentuh kekalahan dalam 20 pertandingan terakhir sejak gelaran Piala Eropa 2016 lalu, dipecat.
Fernando Hierro yang dipercaya RFEF menggantikan Lopetegui, hanya memiliki waktu sekitar 72 jam untuk beradaptasi dengan para pemain dan mulai meracik strategi peperangan kontra Portugal.
Menebak strategi Hierro di ujian berat laga debut, "copy cat" atau improvisasi?
"Kita tidak boleh diam," itulah kata pertama yang keluar dari mulut Hierro saat diperkenalkan sebagai pelatih baru timnas Spanyol, Rabu (13/6/2018). Lewat ucapannya tersebut, tersirat beban berat yang diletakkan di pundak mantan kapten timnas Spanyol itu.
Sebagaimana diketahui, Portugal akan menjadi lawan pertama Spanyol di gelaran Piala Dunia 2018. Laga tersebut sangat krusial bagi La Furia Roja, mengingat hanya Portugal yang dianggap sebagai pesaing berat Sergio Ramos dan kawan-kawan di Grup B.
Baca Juga: Gol Telat Jose Gimenez Bawa Uruguay Tundukkan Mesir 1-0
Melihat catatan gemilang Spanyol yang tidak terkalahkan di 10 pertandingan Grup G babak kualifikasi Piala Dunia, rasanya Portugal tidak akan menjadi masalah bagi La Furia Roja jika masih ditukangi Lopetegui. Tapi, bagaimana performa Spanyol di bawah kepemimpinan Hierro?
Cukup sulit untuk menjawab pertanyaan di atas. Mengingat belum sekalipun para penggawa La Furia Roja bertanding di bawah arahan Hierro. Plus, Hierro minim pengalaman melatih.
Lelaki yang kini berusia 50 tahun itu memang pernah menjadi asisten pelatih Madrid di era Carlo Ancelotti di musim 2014/15. Namun pengalamannya sebagai pelatih klub baru dimulai di musim 2016/17 bersama penghuni divisi Segunda, Real Oviedo.
Awal karier kepelatihannya pun bisa dikatakan gagal. Gagal membawa Oviedo promosi ke La Liga, Hierro memutuskan mundur pada pertengahan Juni 2017 lalu.
Menyadari minimnya rekam jejak di dunia kepelatihan, Hierro sepertinya tidak akan melakukan banyak perubahan pada skuat bentukan Lopetegui. Seperti yang diakuinya saat pertama kali berhadapan dengan media sebagai pelatih anyar La Furia Roja.
"Kami memiliki pemain yang sudah bersama dalam dua tahun terakhir, berjuang menuju Piala Dunia. Saat itu saya adalah direktur olahraga, jadi saya memahami tuntutan yang ada," ujar Hierro seperti dikutip Independent.
"Kita tidak bisa mengubah dua tahun kerja keras hanya dalam hitungan hari. Terhitung hari ini hingga pertandingan menghadapi Portugal. Kami tidak memiliki kemampuan untuk melakukan banyak perubahan (dalam tim)."
"Kuncinya adalah melakukan perubahan sedikit mungkin. Tidak mungkin kita melakukan perubahan dalam dua hari," tegasnya.
Dengan demikian, formasi 4-3-3 yang kerap digunakan Lopetegui kemungkinan besar akan digunakan Hierro saat menghadapi Portugal. Begitu pula dengan starting line-up. Starter pilihan di era Lopetegui akan diturunkan menghadapi Cristiano Ronaldo cs. Satu hal yang mungkin dilakukan Hierro adalah berimprovisasi ketika pertandingan berlangsung.
Sebagaimana diketahui, improvisasi juga kerap dilakukan Lopetegui dalam pertandingan. Dengan formasi 4-3-3, Lopetegui biasanya menunggu sambil mengamati lawan sebelum melakukan perubahan. Perubahan yang dimaksud di sini adalah mengubah formasi menjadi 4-2-3-1.
Jika lawan bermain defensif sambil menunggu kesempatan menyerang, Spanyol biasanya akan bermain dengan menurunkan target man macam Diego Costa ataupun Iago Aspas. Dengan taktik ini, kehadiran target man diharapkan mampu menyibukkan pemain belakang lawan dan membuka ruang bagi gelandang untuk bergerak lebih dalam ke jantung pertahanan lawan.
Langkah Hierro di laga debutnya bersama Spanyol, sepertinya juga sudah diprediksi oleh pelatih Portugal Fernando Santos. Bagi Santos, kepergian Lopetegui tidak akan mempengaruhi kekuatan La Furia Roja. Sebagai seorang pelatih, jika berada di posisi Hierro, Santos pun akan melakukan hal serupa. Yaitu menggunakan formasi dan strategi pelatih sebelumnya, dengan sedikit melakukan perubahan di tengah pertandingan.
"Dalam 10 tahun terakhir, Spanyol bermain dengan gaya yang sama. Jadi saya pikir (pergantian pelatih) tidak akan banyak berpengaruh," ungkap Santos seperti dikutip Marca.
Pergantian pelatih di kubu Spanyol justru membuat Santos sedikit khawatir. Karena Hierro adalah mantan pemain yang sangat memahami pertahanan. 18 tahun pengalaman Hierro bermain sebagai bek tengah dan gelandang bertahan justru memaksa santos untuk berpikir ulang dalam menerapkan formasi dan strategi, mengingat pertahanan adalah lini terlemah dari timnya saat ini.
"Efek negatif? Saya pikir tidak. Mungkin justru punya dampak positif," ujar Santos dalam jumpa pers jelang pertandingan.
Fakta menyebutkan, sejak Piala Eropa 2016, Portugal memiliki masalah besar di posisi bek tengah. Selama ini, Santos mencoba mencari pemain bertahan yang bisa diandalkan, paling tidak sepadan dengan mantan bek Real Madrid, Pepe.
Penampilan sangat tidak meyakinkan Bruno Alves (Glasgow Rangers) dan Jose Fonte (West Ham United), plus kenyataan Ricardo Carvalho yang sudah gantung sepatu dari Selecao des Quinas, memaksa pelatih 63 tahun itu bongkar pasang sektor pertahanan dengan pemain-pemain baru. Hasilnya pun bisa dikatakan belum maksimal jika melihat hasil dari lima laga uji coba terakhirnya Portugal hanya mencatatkan dua kemenangan, dua hasil imbang dan satu kali kalah.
Piala Dunia kini sudah bergulir, dan Santos sepertinya tidak punya pilihan lain kecuali menduetkan dua pemain tua, Pepe (35) dan Alves (36) di lini belakang. Keputusan yang bisa menjadi bumerang mengingat di usia tersebut kondisi fisik kedua pemain kurang ideal. Kondisi yang menjadi celah untuk dieksploitasi oleh juru taktik baru La Furia Roja.
Dengan 18 tahun pengalaman sebagai pemain, Hierro juga pastinya memahami alasan Santos menempatkan empat gelandang di depan dua bek tengah lewat formasi 4-4-2. Yaitu mengandalkan kerja keras para gelandang untuk naik turun, menutup celah yang mungkin terbuka ketika stamina Pepe dan Alves menurun atau kalah sprint.
Namun demikian, bukan berarti Santos hanya memikirkan sektor pertahanan. Pada praktiknya nanti, besar kemungkinan formasi 4-4-2 itu akan berubah ketika menyerang atau ketika Portugal mampu mendominasi di lini tengah. Tebakan terbaik adalah bergeraknya dua atau tiga gelandang untuk membantu serangan, dan menyisakan satu gelandang untuk berjaga di depan posisi bek tengah guna mewaspadai serangan balik.
Kemungkinan susunan pemain
Portugal: Rui Patricio; Raphael Guerreiro, Jose Fonte, Pepe, Cedric; Joao Mario, Joao Moutinho, William, Bernardo Silva; Cristiano Ronaldo, Goncalo Guedes
Spanyol: David De Gea; Jordi Alba, Sergio Ramos, Gerard Pique, Cesar Azpilicueta; Koke, Thiago Alcanatara; Andres Iniesta, David Silva, Isco; Diego Costa
Tuntaskan dendam dan rekor baru, Motivasi Ganda Ronaldo di duel Spanyol vs Portugal
Berpredikat sebagai pemain terbaik dunia bertabur gelar, Cristiano Ronaldo yang kini sudah menginjak usia 33 tahun pastinya berhasrat untuk memenangkan Piala Dunia. Karena bisa jadi, Piala Dunia 2018 ini menjadi Piala Dunia terakhirnya.
Untuk itu, rintangan awal di turnamen ini harus dilewati. Dengan kata lain, Portugal wajib menundukkan Spanyol jika ingin menjaga asa.
Spanyol adalah tim yang pernah memberikan mimpi buruk bagi Portugal. Delapan tahun lalu, di Piala Dunia Afrika Selatan, gol semata wayang David Villa di menit ke-63 memupus harapan Cristiano Ronaldo cs untuk melaju ke perempat final. Begitu pula di Piala Eropa 2012, ketika kedua tim kembali berhadapan di babak semifinal. Saat itu, Portugal tetap tak mampu meredam amukan La Furia Roja. Dalam perebutan tiket final Piala Eropa 2012, Portugal dipaksa menyerah 4-2 lewat drama adu penalti.
Melirik fakta di atas, tidak berlebihan rasanya jika dikatakan tercium aroma dendam di duel Portugal vs Spanyol di Rusia 2018. Ronaldo, yang mungkin tidak akan memperkuat Portugal di Piala Dunia berikutnya, pasti ingin membalas kekalahan tersebut dengan menjebol gawang La Furia Roja sebanyak-banyaknya.
Plus, Ronaldo berpeluang menempatkan namanya sejajar dengan Uwe Seeler (Jerman), Pele (Brasil), dan Miroslav Klose (Jerman) sebagai pemain yang mencetak gol di empat gelaran Piala Dunia berturut-turut.
Duel penentu di laga perdana Grup B
Laga antara Portugal vs Spanyol memang menjadi pertandingan pertama kedua tim di gelaran Piala Dunia 2018. Namun, hasil dari pertandingan perdana ini sangat krusial. Karena pemenang dalam pertandingan ini berpeluang besar keluar sebagai juara grup.
Seperti kita ketahui, selain Spanyol dan Portugal, Grup B dihuni oleh Maroko dan Iran. Portugal yang saat ini menempati peringkat ketiga FIFA, dan Spanyol yang menempati ranking 10 dijagokan lolos ke babak 16 besar.
Karena sulit membayangkan skenario di atas gagal terlaksana jika dua raksasa Eropa itu digulingkan oleh Maroko dan Iran yang notabene menempati ranking ke 41 dan 37.