Suara.com - Satu hari jelang bergulirnya Piala Dunia 2018, kabar mengejutkan datang dari kubu Spanyol. Juara Piala Dunia 2010 itu, secara mengejutkan tidak lagi ditukangi oleh pelatih yang mengantar mereka ke putaran final Piala Dunia Rusia, Julen Lopetegui.
Ya, lelaki 51 tahun itu disingkirkan jelang kiprah La Furia Roja di Rusia. Lopetegui ditendang Federasi Sepak Bola Spanyol, RFEF, tanpa mengingat secuil pun kerja keras dan prestasi yang ditorehkan mantan penjaga gawang Real Madrid dan Barcelona itu di Grup G kualifikasi Piala Dunia Zona Eropa.
Mendengar kesepakatan yang dibuat Lopetegui dengan juara Liga Champions tiga musim berturut-turut, Real Madrid, Presiden RFEF Luis Rubiales gelap mata. Tanpa basa-basi Rubiales menandatangani surat pemecatan Lopetegui 48 jam jelang duel Spanyol vs Portugal di laga perdana Grup B Sabtu (16/6/2018) dini hari WIB.
"Kami terpaksa memecat pelatih tim nasional. Kami doakan yang terbaik untuknya," kata Rubiales seperti dikutip The Guardian.
Baca Juga: Jadwal Pertandingan Grup H Piala Dunia 2018
"Negosiasi itu terjadi tanpa adanya pemberitahuan kepada RFEF. Kami dikabarkan hal itu hanya lima menit sebelum mereka (Madrid) membuat pengumuman."
Demi hasrat yang terpendam, Lopetegui pasrah mengubur mimpi pimpin La Furia Roja di Piala Dunia
Selasa (12/6/2018), Real Madrid mengumumkan Lopetegui akan mengisi posisi pelatih yang ditinggalkan Zinedine Zidane. Lopetegui kabarnya meneken kontrak berdurasi tiga tahun bersama Los Blancos.
Sebagaimana diketahui, Zidane mengumumkan pengunduran dirinya sebagai pelatih Real Madrid dalam jumpa pers di Santiago Bernabeu 31 Mei kemarin. Zidane memutuskan mundur empat hari setelah sukses mengantar Cristiano Ronaldo dan kawan-kawan mempertahankan gelar Liga Champions usai mengalahkan Liverpool di final (27/5/2018).
Zidane sendiri mengambil alih kepemimpinan Real Madrid di paruh musim 2015/16, tepatnya di bulan Januari 2016. Saat itu Zidane ditunjuk untuk menggantikan Rafael Benitez yang dipecat.
Baca Juga: Mudik, Tol Cikampek Macet pada Rabu Malam
Dua setengah musim menukangi Real Madrid, Zidane berhasil mengukir sejarah dengan menjadi pelatih pertama yang memenangkan trofi Liga Champions tiga musim berturut-turut. Yaitu di musim 2015/16, 2016/17 dan 2017/18. Selain tiga trofi Si Kuping Besar, lelaki yang akrab disapa Zizou juga berhasil mempersembahkan satu trofi La Liga, Satu Piala Super Spanyol, dua Piala Super Eropa dan dua Piala Dunia Antarklub.
Sebagai seorang profesional yang penuh ambisi, prestasi yang ditorehkan Zidane dalam dua setengah musim terakhir bersama Madrid tentu menjadi tantangan yang sulit namun tidak mungkin dilepaskan begitu saja oleh Lopetegui.
Tawaran yang diberikan Madrid, bagaikan kesempatan sekali seumur hidup bagi lelaki 51 tahun itu. Karena melatih Real Madrid bisa dibilang menjadi rejeki nomplok bagi Lopetegui.
Meraih gelar domestik dan memetik kejayaan di kompetisi Eropa adalah impian bagi semua pelatih. Tidak terkecuali Lopetegui yang kabarnya memang sejak lama berhasrat menukangi bekas klub yang pernah diperkuatnya pada tahun 1988 hingga 1991 itu.
Dengan materi pemain yang dimiliki Madrid saat ini, bayangkan apa yang bisa dilakukan pelatih cerdik macam Lopetegui di semua kompetisi. Jika kariernya bersama Madrid dalam tiga tahun ke depan berjalan mulus, jalan baginya melatih klub-klub besar di negara Eropa lainnya tentu terbuka lebar. Seperti halnya pelatih-pelatih lain yang pernah mencicipi gelar Liga Champions seperti Josep Guardiola, Jose Mourinho, Carlo Ancelotti dan lain-lain.
"Keputusan Julen Lopetegui bergabung dengan Real Madrid hanya beberapa pekan sebelum memperbaharui kontraknya bersama timnas Spanyol hingga 2020, bisa dimaklumi karena dia adalah seorang profesional yang memiliki ambisi dan target (dalam kariernya)...," tulis salah satu media ternama di Spanyol, El Mundo.
La Furia Roja tak terkalahkan di kualifikasi, Spanyol bunuh diri pecat Lopetegui?
"Spanyol bunuh diri, hanya 72 jam jelang pertandingan pertama mereka di Piala Dunia (2018) kontra Portugal," tulis El Mundo.
Setelah penampilan buruk Spanyol di Piala Dunia 2014, di mana Spanyol yang berpredikat sebagai juara bertahan gagal lolos fase grup, kehadiran Lopetegui seakan membawa secercah harapan bagi tim berjuluk La Furia Roja untuk kembali merebut gelar Piala Dunia.
Keputusan RFEF menunjuk Lopetegui untuk menggantikan Vicente Del Bosque pada tahun 2016 bisa dibilang tepat. Lopetegui mampu menyatukan pemain dan mengembangkan permainan La Furia Roja yang berantakan di Brasil 2014 dan Piala Eropa 2016.
Tergabung di Grup G zona Eropa, Spanyol tak terkalahkan di babak kualifikasi. Dari 10 laga yang dijalani, sembilan kemenangan dan satu hasil imbang diraih anak-anak asuh Lopetegui. Mengantongi 28 Poin, Spanyol secara meyakinkan melaju ke putaran final Piala Dunia 2018.
Di bawah tangan dingin Lopetegui, Sergio Ramos dan kawan-kawan memetik kemenangan besar di banyak pertandingan, termasuk saat membantai Italia 3-0 pada 3 September 2017.
Namun The Invicible Spain bentukan Lopetegui dalam dua tahun terakhir, mungkin saja tidak bisa kita saksikan di Rusia. Karena RFEF sudah menunjuk juru taktik baru bagi La Furia Roja. Yaitu Fernando Hierro, mantan kapten La Furia Roja yang pengalaman melatihnya patut dipertanyakan.
Keputusan nekat Rubiales mempercayakan La Furia Roja pada pelatih minim pengalaman
Para pecinta sepak bola, khususnya rakyat Spanyol, tentu sangat akrab dengan nama Fernando Hierro, pemain legendaris Real Madrid yang membela Los Blancos selama 14 musim. Pemain yang pernah memenangkan lima trofi La Liga dan tiga trofi Liga Champions bersama Si Putih.
Terlepas dari prestasi gemilangnya saat masih aktif sebagai pemain, di dunia kepelatihan, kemampuan bekas bek Real Madrid itu belum teruji.
Lelaki yang kini berusia 50 tahun itu memang pernah menjadi asisten pelatih Madrid di era Carlo Ancelotti di musim 2014/15. Namun pengalamannya sebagai pelatih klub baru dimulai di musim 2016/17 bersama penghuni divisi Segunda, Real Oviedo.
Awal karier kepelatihannya pun bisa dikatakan gagal. Hierro yang gagal membawa Oviedo promosi ke La Liga, memutuskan mundur pada pertengahan Juni 2017 lalu.
Rubiales harusnya mampu redam emosi dan berkaca pada era Luis Aragones
Menyerahkan kuasa meracik taktik pada seseorang yang kemampuannya belum teruji tentu sangat berisiko bagi tim nasional Spanyol. Bukan tidak mungkin performa buruk Spanyol di fase grup Piala Dunia 2014 kembali terulang.
Rubiales, presiden RFEF, mungkin bisa lebih bijak dalam mengambil keputusan apabila tidak dirudung emosi dan berkaca pada Piala Eropa 2008 silam.
Sebagaimana diketahui, jelang semifinal (tepatnya pada tanggal 25 Juni) Piala Eropa 2008, pelatih timnas Spanyol saat itu Luis Aragones memutuskan untuk menerima pinangan klub Liga Turki, Fernerbache. Namun hal itu ditanggapi oleh RFEF secara profesional, tanpa emosi berlebihan.
Hak Aragones untuk memilih tetap dihargai, dan dirinya tetap dipercaya menukangi La Furia Roja. Hasilnya pun sangat menggembirakan. Spanyol yang saat itu sudah lebih dari empat dekade puasa gelar Internasional, berhasil memboyong trofi Henry Delaunay.
"Ada momen ketika loyalti harus ditempatkan di atas ambisi. Untuk hal ini tindakan Lopetegui memang kurang tepat. Sekarang dia harus menjelaskan kepada para pemainnya...tapi jangan juga dilupakan hal seperti ini pernah melanda timnas Spanyol. Beberapa jam jelang putaran final Piala Eropa 2008, diumumkan Luis Aragones sepakat melatih Fenerbache. Terlepas dari keputusan pribadi Aragones, La Furia Roja juara. Berkaca pada kejadian itu, apa yang terjadi hari ini hanyalah hiburan belaka," cuit El Mundo lewat akun@ElMundoDeportes.