Suara.com - Wafatnya pemain Timnas Indonesia era 80-an, Zulkarnain Lubis, menyisakan duka mendalam bagi berbagai kalangan dan kerabatnya.
Pelatih Karate Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir (PALI), Budi Hakki yang juga sahabat almarhum, mengaku memiliki kenangan tersendiri, lantaran ia juga berada di sekitar almarhum pada detik-detik kepergiannya.
Paginya, menurut Budi, mereka bermaksud mengurus persiapan Piala AFC Sepakbola Wanita di Stadion Bumi Sriwijaya Palembang. Menggunakan angkutan travel umum, tiba-tiba almarhum Zulkarnain mengeluh jika kepalanya pusing dan tidak bisa berangkat ke Palembang.
"Mobil travel yang kami naiki pun sempat mengalami pecah ban. Di sana almarhum langsung tiba-tiba mengeluh kepalanya pusing. Akhirnya saya putuskan untuk pulang lagi ke mes di PALI," kata Budi, Jumat (11/5/2018).
Baca Juga: Empat Teroris Ditangkap Mau Ikut Rusuh di Mako Brimob, 1 Tewas
Sesampai di mes, masih menurut Budi, Zulkarnain langsung berbaring di sofa depan dengan kondisi wajah pucat dan bercucuran keringat. Budi lantas menawarkan kepada Zulkarnain untuk dikerok karena diduga masuk angin.
"Beliau bilang tidak biasa dikerok, jadi tidak mau," katanya.
Kondisi Zulkarnain pun akhirnya terus menurun, hingga kemudian secara tiba-tiba memegang dada sebelah kiri dengan keras menggunakan tangannya.
"Budi tolong saya, dada saya panas," kata Budi menirukan perkataan terakhir Zulkarnain.
Merasa cemas, Budi bersama beberapa orang di dalam mes pun langsung melarikan mantan penyerang timnas itu ke rumah sakit untuk menjalani perawatan sekitar pukul 07.00 WIB. Namun meski sempat menjalani perawatan, nyawa pelatih PS PALI tersebut tak tertolong lagi.
Baca Juga: Ramon Y Tungka Digugat Cerai
Jenazah Zulkarnain siang ini pun langsung diterbangkan ke Binjai, Sumatera Utara, untuk dimakamkan. [Andhiko Tungga Alam]