Suara.com - Gegap gempita terlihat di salah satu sudut Stadio Olimpico, Roma, Kamis (3/5/2018) dini hari WIB. Pemain, staf pelatih dan ofisial klub bernyanyi sambil mengepalkan tangan ke udara berulang-ulang.
Mereka meluapkan kegembiraan. Merayakan keberhasilan Liverpool kembali ke partai final Liga Champions setelah lebih dari satu dekade lamanya.
Tiket final itu sendiri diraih anak-anak asuh Jurgen Klopp dengan susah payah. Menang telak 5-2 di leg pertama, Jordan Henderson dan kawan-kawan nyaris gagal ketika AS Roma mengamuk di Stadio Olimpico.
Baca Juga: Rini Akhirnya Akui Rekaman Percakapan Dirinya dengan Bos PLN
Namun, lelah dan perjuangan mereka terbayar. Meski menelan kekalahan di leg kedua, skor 4-2 yang terpampang gagah di salah satu sudut atas stadion tak mampu mengubah nasib Roma yang sudah diprediksi usai leg pertama. Agregat 7-6, mengklaim bahwa Liverpool lah yang berhak menantang sang juara bertahan Real Madrid di babak final.
Dibalik perjuangan dan euforia yang saat ini menyelimuti kubu The Reds, terselip sebuah cerita pilu. Cerita tentang lelaki asal Irlandia yang saat ini terbaring di rumah sakit, memperjuangkan hidupnya.
Lelaki yang namanya dipampang para penggawa The Reds dengan sebuah banner. Lelaki bernama Sean Cox, seorang penggila Liverpool yang saat ini tidur dalam koma akibat kebrutalan dua pemuda asal Roma, Italia.
Satu pekan berlalu, Sean belum juga sadarkan diri
Baca Juga: Jennifer Dunn Ungkap Kondisi Terbaru Jelang Sidang Lanjutan
Sore itu, Selasa (24/4/2018) waktu Liverpool atau Rabu (25/4/2018) dini hari WIB, pengusaha asal Dunboyne, Meath, Irlandia Utara, bernama Sean Cox terlihat antusias di sebuah bar--Albert Pub-- yang terletak di jalan Walter Breck. Lelaki berusia 53 tahun yang datang dari Irlandia untuk menyaksikan duel leg pertama Liverpool vs AS Roma, berjalan meninggalkan bar yang hanya berjarak beberapa ratus meter dari Stadion Anfield.