Aroma Dendam, Pertaruhan dan Gengsi di Laga Juve - Madrid

Syaiful Rachman Suara.Com
Selasa, 03 April 2018 | 18:29 WIB
Aroma Dendam, Pertaruhan dan Gengsi di Laga Juve - Madrid
Kolase foto pelatih Madrid Zinedine Zidane dan pelatih Juventus Massimiliano Allegri [AFP]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Duel dua raksasa Eropa akan tersaji di Allianz Stadium, Turin, Rabu (4/4/2018). Jawara Serie A Juventus akan menjamu jawara La Liga sekaligus juara bertahan Liga Champions, Real Madrid.

Aroma dendam tercium jelang pertemuan kedua tim di leg pertama babak perempat final kompetisi kasta tertinggi benua biru. Menyusul aksi saling 'bunuh' kedua tim di musim 2014/15 dan 2016/17.

Selain itu, bentok dua jawara liga domestik berbeda itupun menyisakan pertaruhan bagi Madrid yang terancam tanpa gelar gelar musim ini setelah tersingkir di Piala Raja dan terpaut 13 poin dari Barcelona di La Liga.

Begitu pula dengan Juventus yang bermimpi untuk memboyong trofi Si Kuping Besar ke Turin, mimpi yang tertahan sejak La Vecchia Signora memenangkan kompetisi itu terakhir kali di tahun 1996 silam.

Ilustrasi Real Madrid vs Juventus

"Satu-satu" dalam tiga musim, imbang!

Berhadapan di perempat final Liga Champions musim ini, bukanlah pertemuan pertama bagi Juventus dan Real Madrid di fase gugur kompetisi kasta tertinggi Eropa.

Dalam tiga musim terakhir, tercatat, kedua tim sudah saling 'bunuh' sebanyak dua kali. Yaitu di semifinal musim 2014/15 dan final Liga Champions musim lalu, 2016/17.

Musim 2014/15, pecinta sepak bola sempat tercengang ketika Madrid, yang saat itu berstatus juara bertahan, disingkirkan Juventus yang belum semusim ditangani Massimiliano Allegri.

Di bawah tangan dingin Allegri, Madrid bertekuk lutut di leg pertama 2-1. Dalam laga yang digelar di Juventus Stadium kala itu, Alvaro Morata yang merupakan bekas pemain Madrid, mengawali kemenangan Si Nyonya Tua di menit ke-8. Gol balasan Cristiano Ronaldo di menit 27 pun menjadi tak berarti setelah Carlos Tevez mengunci kemenangan Juve lewat titik penalti di menit 58.

Di leg kedua, Madrid yang hanya membutuhkan satu gol di Santiago Bernabeu untuk membalikkan keadaan harus gigit jari. Dalam pertandingan itu Ronaldo berhasil mengubah papan skor lewat titik penalti di menit 23, namun tiket final melayang setelah Morata menyeimbangkan papan skor 12 menit bola bergulir di babak pertama.

Dua musim setelah kekalahan menyakitkan dari La Vechia Signora, Madrid akhirnya mendapat kesempatan untuk balas dendam. Yaitu di final musim lalu.

Kali ini, Juve yang tidak lagi diperkuat Morata dipaksa menyerah dengan skor telak 1-4 dala laga yang digelar di Millennium Stadium, Cardiff, Wales, 3 Juni 2017.

Kolase foto pelatih Juventus Massimiliano Allegri dan pelatih Madrid Zinedine Zidane [AFP]

Sepak terjang di liga domestik yang bertolak belakang

Bagi Madrid, musim ini berbeda dengan musim lalu. Di musim lalu Madrid bagaikan gelombang raksasa yang menggulung di lautan, tak terhentikan. Gelar La Liga dan Liga Champions pun berhasil diboyong ke Santiago Bernabeu di akhir kompetisi.

Musim ini, performa Los Blancos tak seganas musim lalu. Meski berhasil mencapai perempat final Liga Champions, di ajang domestik Madrid tengah kedodoran.

Mengantongi 63 poin, Madrid saat ini berjuang keras untuk mempertahankan posisi tiga di klasemen sementara La Liga. Dengan delapan laga tersisa, walaupun secara matematis peluang belum tertutup, Madrid yang kini tertinggal 13 poin dari Barcelona berpeluang besar menyerahkan mahkota La Liga kepada rival abadinya itu.

Pelatih Madrid Zinedine Zidane pun menyadari hal itu.

"Pertandingan ini sangat berbeda dengan final di Cardiff. Permainan kami tidak jauh berbeda, meski kami kehilangan sejumlah pemain. Tapi musim ini tidak sesuai harapan kami," ujar Zidane seperti dikutip Skysports.

Bertolak belakang dengan Madrid, Juventus berpeluang besar mempertahankan Scudetto Serie A musim ini. Pecundangi AC Milan akhir pekan kemarin, La Vecchia Signora kini semakin kokoh di puncak klasemen.

Performa gemilang yang ditunjukkan anak-anak asuhnya di Serie A pun membuat pelatih Massimiliano Allegri semakin optimistis untuk menekuk el Real di Turin, Rabu (4/4/2018).

"Besok kami akan memetik keuntungan (dari laga kandang) dan kemudian membawanya ke Madrid. Untuk itu kami wajib mencetak gol dan jangan sampai kebobolan. Itulah skenario ideal kami," tukas Allegri.

Kolase foto pemain Madrid Cristiano Ronaldo dan pemain Juventus Paulo Dybala [AFP]

Dybala vs Ronaldo, bomber setengah matang versus raja gol di Liga Champions

Sudah dipastikan Allegri akan mengandalkan pemain asal Argentina, Paulo Dybala, saat timnya menjamu Real Madrid di leg pertama babak perempat final.

Satu gol indah ke gawang AC Milan dan satu assist yang dipersembahkan pemain yang pernah dijuluki "The New Messi" itu membuat Allegri semakin yakin dalam menetapkan "starting eleven" Rabu dini hari nanti.

“Saya yakin Anda melihatnya dalam pertandingan kontra AC Milan, gol yang dia cetak jelas menunjukkan dia dalam kondisi sangat baik dan saya yakin dia akan memainkan pertandingan yang hebat besok,” ujar Allegri seperti dilansir Football Italia.

Kendati tampil menjanjikan di sejumlah laga terakhir Juve, harus diakui jika ketajaman Dybala tidak sebanding dengan mega bintang Madrid, Cristiano Ronaldo. Total 21 gol dan lima assist yang ditorehkan Dybala dari 36 laga bersama Si Nyonya Tua, belum bisa disejajarkan dengan Ronaldo yang di paruh kedua musim ini kerap 'mengamuk' bersama Madrid. 35 gol sudah disarangkan CR7 di musim ini.

Prestasi Ronaldo di Liga Champions pun rasanya tidak akan mampu disamai oleh Dybala yang bisa dikatakan sebagai bomber yang masih setengah matang. Harus diingat jika Ronaldo saat ini merupakan raja gol di kompetisi kasta tertinggi benua biru dengan 118 gol. Rekor yang mungkin hanya bisa dipecahkan oleh mega bintang Barcelona Lionel Messi yang saat ini sudah mengantongi 100 gol.

Juga jangan dilupakan jika Ronaldo saat ini masih memimpin di daftar top skor Liga Champions 2017/18 dengan 12 gol. Jangan pula ditampikkan jika pemain asal Portugal itu sudah lima musim berturut-turut didaulat sebagai pemain paling subur di kompetisi kasta tertinggi benua biru.

Para pemain Real Madrid mengangkat trofi Liga Champions saat acara perayaan kemenangan di Santiago Bernabeu. Reuters/Susana Vera

Mental juara di kancah Eropa

Selain materi pemain dan statistik performa tim di sepanjang musim ini, masih ada satu faktor penting yang mungkin akan menentukan hasil dari duel jawara Serie A dan La Liga di babak perempat final Liga Champions musim ini. Yaitu faktor mental.

Meraih scudetto di enam musim terakhir, mental jawara Juventus di Serie A tidak perlu lagi dipertanyakan. Tapi jika berbicara kompetisi Eropa, mental juara Si Nyonya Tua tidak sebanding dengan Real Madrid.

Juventus memang pernah memenangkan Liga Champions sebanyak dua kali pada 1985 dan 1996. Tapi setelah itu Juve hanya mampu mencapai dua partai final, di musim 2014/15 dan 2016/17.

Di dua musim tersebut, Juventus memang trengginas sejak fase grup. Akan tetapi di partai puncak, tim besutan Allegri harus menelan pil pahit. Pengamat sepak bola menyebut, bukan materi pemain atau strategi yang membuat Juve bertekuk lutut dari Barcelona (2014/15) dan Real Madrid (2016/17). Melainkan kalah mental.

Seperti dua arah kutub yang berbeda, Madrid justru sebaliknya. Pengalaman mereka di kompetisi Eropa menjadikan mereka sebagai 'raja' di Liga Champions saat ini. 12 trofi Si Kuping Besar diboyong ke Bernabeu, dan belum ada satu klub pun yang mampu menyaingi.

Melirik di dua gelaran Liga Champions sebelumnya, tidak seperti Juve, performa Madrid di fase grup tidaklah fenomenal. Namun ketika kompetisi mulai mengerucut, Madrid mampu keluar sebagai juara. Mentalitas Madrid di kompetisi bergengsi itu pun membuat tim ibu kota Spanyol dijuluki sebagai tim spesialis Liga Champions.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI