Juga jangan dilupakan jika Ronaldo saat ini masih memimpin di daftar top skor Liga Champions 2017/18 dengan 12 gol. Jangan pula ditampikkan jika pemain asal Portugal itu sudah lima musim berturut-turut didaulat sebagai pemain paling subur di kompetisi kasta tertinggi benua biru.
Mental juara di kancah Eropa
Selain materi pemain dan statistik performa tim di sepanjang musim ini, masih ada satu faktor penting yang mungkin akan menentukan hasil dari duel jawara Serie A dan La Liga di babak perempat final Liga Champions musim ini. Yaitu faktor mental.
Meraih scudetto di enam musim terakhir, mental jawara Juventus di Serie A tidak perlu lagi dipertanyakan. Tapi jika berbicara kompetisi Eropa, mental juara Si Nyonya Tua tidak sebanding dengan Real Madrid.
Juventus memang pernah memenangkan Liga Champions sebanyak dua kali pada 1985 dan 1996. Tapi setelah itu Juve hanya mampu mencapai dua partai final, di musim 2014/15 dan 2016/17.
Di dua musim tersebut, Juventus memang trengginas sejak fase grup. Akan tetapi di partai puncak, tim besutan Allegri harus menelan pil pahit. Pengamat sepak bola menyebut, bukan materi pemain atau strategi yang membuat Juve bertekuk lutut dari Barcelona (2014/15) dan Real Madrid (2016/17). Melainkan kalah mental.
Seperti dua arah kutub yang berbeda, Madrid justru sebaliknya. Pengalaman mereka di kompetisi Eropa menjadikan mereka sebagai 'raja' di Liga Champions saat ini. 12 trofi Si Kuping Besar diboyong ke Bernabeu, dan belum ada satu klub pun yang mampu menyaingi.
Melirik di dua gelaran Liga Champions sebelumnya, tidak seperti Juve, performa Madrid di fase grup tidaklah fenomenal. Namun ketika kompetisi mulai mengerucut, Madrid mampu keluar sebagai juara. Mentalitas Madrid di kompetisi bergengsi itu pun membuat tim ibu kota Spanyol dijuluki sebagai tim spesialis Liga Champions.