Bom di Konser Ariana Grande, Istri dan 2 Putri Guardiola Selamat

Rizki Nurmansyah Suara.Com
Rabu, 24 Mei 2017 | 10:57 WIB
Bom di Konser Ariana Grande, Istri dan 2 Putri Guardiola Selamat
Manajer Manchester City, Pep Guardiola, bersama putranya Marius dan putrinya Maria saat menonton pertandingan basket di Spanyol. [AFP/Lluis Gene]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Teror bom bunuh diri yang terjadi saat konser Ariana Grande, di Mancheter Arena, Inggris, Senin (22/5/2017), membuat banyak keluarga di Inggris cemas.

Betapa tidak, pasalnya banyak dari anak-anak mereka yang hadir menyaksikan konser diva pop dunia asal Amerika Serikat itu. Tidak terkecuali dalam hal ini anak-anak dari Manajer Manchester City, Pep Guardiola.

Dikabarkan, dua putri Guardiola, Maria dan Valentina, berada dalam arena konser yang dihadiri 21 ribu orang. Keduanya datang bersama istri Guardiola, Cristina Serra.

Ketiganya pun dilaporkan selamat dari ledakan yang menewaskan 22 orang dan melukai lebih dari 50 orang.

Melalui akun Twitter-nya, Guardiola menyampaikan duka cita yang mendalam bagi keluarga korban.

"Mengagetkan. Tidak percaya apa yang terjadi semalam. Belangsungkawa terdalam dari saya kepada keluarga dan teman korban. #ilovemanchester," cuit Guardiola.

Terduga pelaku serangan bom itu sendiri dikabarkan bernama Salman Abedi. Abedi merupakan lelaki kelahiran Manchester dari orang tua asal Libya. Keluarganya pindah ke Manchester dari Libya di masa pemerintahan diktator Moamar Kaddafi.

Keluarga Abedi tinggal di Fallowfield, Manchester, selama kurang lebih 10 tahun. Polisi, pada Selasa, menyerbu sebuah rumah di lokasi tersebut dan menggunakan bahan peledak untuk menembus pintu gerbang.

Baca Juga: Tinjau Asian Games, Menteri PUPR-Menkeu-Menhub Sambangi Palembang

"Ia adalah anak yang kalem, selalu hormat pada saya," kata seorang masyarakat keturunan Libya di Manchester kepada The Guardian.

"Saudara lelakinya Ismael lebih terbuka, namun Salman lebih kalem. Ia tampaknya tidak mungkin melakukan hal ini," sambungnya.

Salman adalah anak ketiga dari empat bersaudara.

Ayah terduga pelaku, menurut The Guardian, di antara komunitas Libya dikenal sebagai Abu Ismael. Ia bekerja sebagai pekerja serabutan di tempat tersebut. Namun, kini Ismael diyakini sedang berada di Tripoli, Libya.

"Abu Ismael tentu akan merasa sangat terpukul," kata seorang yang mengenalnya.

"Ia selalu amat menentang ideologi jihad, dan hal-hal yang berkenaan dengan ISIS ini bahkan dianggapnya bukan jihad, itu adalah kriminal. Keluarga (Salman Abedi) akan sangat hancur," kata lelaki tersebut.

Sebelumnya, kepolisian menahan seorang berusia 23 tahun pada Selasa, terkait dengan serangan tersebut. Ia ditangkap dalam penyerbuan ke sebuah rumah di Whalley Range, Manchester.

"Kami paham bahwa orang-orang menunggu jawaban (atas insiden ini)," kata Kepala Kepolisian Greater Manchester Ian Hopkins.

"Bagaimanapun, sekarang, penting bagi masyarakat di Greater Manchester untuk bersama berjuang dan tidak mentolerir kebencian," sambungnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI