Bicara Persepakbolaan Indonesia, Ini yang Kurang Menurut Milla

Rizki Nurmansyah Suara.Com
Jum'at, 31 Maret 2017 | 22:16 WIB
Bicara Persepakbolaan Indonesia, Ini yang Kurang Menurut Milla
Bayu Eka Sari (kiri) bersama pelatih timnas U-22 Luis Milla meninggalkan arena latihan timnas di SPH, Karawaci, Tangerang [Suara.com/Adie Prasetyo]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Namun, Milla menyadari praktek pembinaan seperti itu membutuhkan dana sangat besar yang sulit untuk disamai PSSI.

Berkaca dari pembinaan pemain muda Jerman, sejak tahun 2000 Federasi Sepak Bola Jerman (DFB) membuat sebuah keputusan penting usai "babak belur" di Piala Eropa, yaitu semua klub profesional harus memiliki akademi pemain muda nomor wahid.

Oleh karena tidak semua tim memiliki kemampuan keuangan yang sama, maka DFB memberikan insentif program pengembangan pemain muda senilai 13 juta dolar Amerika Serikat (AS) per tahun.

DFB juga mewajibkan semua akademi pemain muda memiliki staf pelatih yang bekerja secara penuh, lapangan latihan yang baik, departemen kesehatan terintegrasi dan bekerja sama dengan pihak sekolah untuk pendidikan pesepak bola.

Baca Juga: Perempuan Pembawa Sajam di Sidang Ahok Diduga Punya Gangguan Jiwa

Laman DFB melansir bahwa kini memiliki 365 pusat pengembangan pemain muda atau DFB Academy, melibatkan sekira 1.000 orang pelatih dan sekira 25.000 pesepak bola cilik putra dan putri.

Jerman pun bisa menghasilkan pemain-pemain muda ternama, antara lain Mesut Ozil (bermain di Arsenal), Thomas Mueller (Bayern Muenchen), Mario Goetze (Borussia Dortmund), Manuel Neuer (Bayern Muenchen) dan Julian Draxler (PSG).

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI