Suara.com - Calon Ketua Umum PSSI periode 2016-2020, Kurniawan Dwi Yulianto, tak permasalahkan mundurnya jadwal Kongres PSSI yang dari seharusnya pada 17 Oktober 2016 menjadi 10 November mendatang.
Seperti diketahui, pemunduran jadwal ini disetujui Federasi Sepakbola Dunia (FIFA), menjawab surat dari Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) yang meminta perubahan jadwal Kongres PSSI.
"Secara pribadi tidak ada pengaruhnya bagi saya karena saya tidak punya kepentingan apa-apa selain sepak bola," ujar Kurniawan di Jakarta, Minggu (16/10/2016).
Menurut mantan striker tim nasional Indonesia tersebut, ada hal yang lebih penting selain jadwal kongres, yaitu bagaimana PSSI bisa menetapkan pengurus baru periode 2016--2020 yang benar-benar mencurahkan perhatian dan tenaganya untuk sepak bola dalam negeri.
Oleh karena itu, Kurniawan meminta semua pihak untuk menjunjung nilai-nilai fair play pertandingan sepak bola selama kongres.
"Orang-orang yang mengurusi sepak bola harus mengerti fair play. Untuk para pemilih kepengurusan baru, gunakanlah hati nurani," tutur pencetak gol terbanyak kedua di timnas setelah Bambang Pamungkas itu.
Pengurus sebuah federasi sepak bola, lanjut dia, selayaknya lepas dari segala kepentingan dan membangun prestasi tanpa rekayasa.
Sebab, dia meyakini tidak ada pencapaian yang dihasilkan dari usaha instan. Semuanya butuh tahapan yang harus dilalui sesuai dengan prosedur.
"Talenta sepak bola kita banyak. Sepak bola nasional tidak akan berprestasi kalau tidak mau membina dari awal. Jangan mau buahnya saja, menanamnya tidak mau," kata Kurniawan, yang selama berkarier sempat berkiprah di Italia, Swiss dan Malaysia.
Pelaksanaan Kongres PSSI dengan agenda utama pemilihan kepengurusan baru mundur pada 10 November setelah mendapat izin dari FIFA yang suratnya secara resmi ditandatangani Sekjen FIFA Fatma Samoura.
Surat tersebut merupakan buntut dari polemik lokasi pelaksanaan kongres antara PSSI dan Kemenpora. PSSI menginginkan kongres di Makassar, sementara Kemenpora bersikukuh agar dilaksanakan di Yogyakarta.
Sebelum adanya surat FIFA, Kemenpora dan PSSI mengadakan pertemuan dan sempat terlihat sepakat menyelenggarakan kongres di Jakarta, sebelum akhirnya PSSI kembali menegaskan Makassar tetap menjadi tempat kongres.
FIFA kemudian "mendinginkan" pemerintah dan PSSI melalui pernyataan resmi kepada Kemenpora yang ditembuskan ke PSSI dan Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC). (Antara)