Suara.com - PT. Gelora Trisula Semesta (GTS) selaku operator liga Indonesia Soccer Cahmpionship (ISC) 2016 mengaku menerima banyak versi penyebab beberapa kerusuhan antar suporter pada ajang perhelatan kompetisi tersebut.
"Kenapa kasus jatuhnya korban suporter Persija dan PSS Sleman tidak masuk dalam agenda Komite Disiplin? Hal itu karena kejadiannya di luar sistem regulasi keamanan pertandingan, dan juga banyak versi mengenai hal itu," kata Direktur Kompetisi dan Regulasi PT. GTS, Ratu Tisha Destria, Selasa (31/5) malam.
Tisha mencontohkan mengenai kasus tewasnya suporter Persija, versi yang diterima pihak PT. GTS adalah mengenai permusuhan lama antara salah satu kelompok pendukung dengan aparat keamanan.
Ia mendapatkan informasi bahwa ada unsur sejarah dimana kelompok tersebut semacam tidak menyukai sikap aparat keamanan bukan bentrok suporter, sehingga terjadi kericuhan.
"Kejadian itu bukan bentrok suporter, bukan pula di area pertandingan," kata Tisha.
Sedangkan untuk suporter PSS Sleman, ia mengatakan menurut data yang diterima hal itu sudah ranah pihak kepolisian, karena kejadiannya jauh dari lokasi pertandingan.
Apapun hal tersebut, Tisha tetap menyesalkan kejadian tersebut, dan PT. GTS tidak tinggal diam. PT. GTS akan lebih berkoordinasi dengan pihak aparat serta kelompok suporter sendiri.
Sementara itu, terkait dengan keputusan sidang komdis terhadap kericuhan ketika pertandingan antara PS TNI dan Persegres Gresik United yang sedang berjalan hingga Selasa malam, ia tidak dapat berkomentar lebih jauh, karena keputusan tersebut kewenangan dari Komdis.
Tisha juga tidak mengetahui langkah apa yang akan diambil, sebab komdis independen atau di luar kepentingan PT. GTS.
"Bisa saja komdis memutuskan permasalahannya, namun bisa jadi akan ada sidang lanjutan lagi kalau memang diperlukan, yang jelas itu di luar wewenang saya," kata Tisha.