Suara.com - Bagi setiap pesepakbola, menjadi yang dinomorduakan tentu bukanlah situasi yang menyenangkan. Apalagi jika situasinya sampai ke tahap dinomortigakan. Atmosfer inilah yang rupanya sempat dirasakan bek Real Madrid, Pepe.
Kondisi itu dialami Pepe di era kepelatihan Rafael Benitez, sebelum pelatih asal Spanyol itu akhirnya dipecat dan digantikan Zinedine Zidane, Januari lalu.
Rasa kecewa sudah barang tentu mengghinggapi hati bek tim nasional Portugal itu atas kondisi tersebut. Tapi, untungnya, hal ini tidak sampai membuatnya frustasi dan berpikir mencari pijakan baru di klub lain yang mau memberinya jaminan di tempat utama.
Sebaliknya, Pepe justru bekerja keras membuktikan kualitasnya yang layak mendapat tempat di tim inti Los Blancos. Dan kerja keras itu telah membuahkan hasil, dimana dia kini kembali jadi pilihan utama di skema permainan Zidane.
"Ini hanya soal kerja keras. Dia awal musim, Benitez memberitahu saya jika dia tidak membutuhkan saya. Itu artinya, saya hanya pilihan ketiga," kata Pepe, 33 tahun, kepada Cadena Cope.
"Hal itu normal menurut saya, karena ada Sergio Ramos dan Raphael, yang lebih muda dari saya. Tapi, saya terus bekerja keras. Jika Anda mau bekerja keras, maka Anda pasti akan mendapat kesempatan (jadi pilihan utama)," pungkasnya.
Pepe sendiri saat ini jadi salah satu tokoh sentral dibalik kesuksesan Los Blancos melaju ke partai final Liga Champions. Di final yang berlangsung 28 Mei mendatang di San Siro, Milan, Italia, Los Blancos akan menghadapi tim sekotanya, Atletico Madrid. (Soccerway)