Suara.com - Penantian panjang Claudio Ranieri untuk merasakan juara kompetisi besar akhirnya tercapai sudah. Ranieri mengakui bahwa dia sudah lama menunggu merasakan menjadi juara setelah Leicester City mengunci gelar Premier League.
Ranieri telah banyak memiliki pengalaman melatih klub klub besar Eropa seperti Juventus, Inter Milan dan Atletico Madrid. Namun bersama Leicester pelatih asal Italia baru bisa merasakan gelar juara di kompetisi elit.
Karena latar belakang Ranieri yang kerap gagal membawa timnya menjadi juara, sehingga ia mendapat julukan Mr Runner-up. Sebelumnya dia pun sempat merasakan melatih di Inggris namun kembali posisi kedua yang diraihnya.
Saat bersama Chelsea, Ranieri hanya mampu menduduki posisi kedua yaitu di Piala FA 2001/02 dan Premier League 2003/04 (Chelsea). Setelah itu, dengan Juventus juga dia hanya menjadi runner up di Serie A 2008/09.
Hasil yang sama juga dirasakan Ranieri saat menukangi AS Roma di Coppa Italia 2009/10 dan juga menjadi runner-up Serie A 2009/10. Sebelum kembali ke Inggris, dia juga menjadi runner di Ligue 1 musim 2013/14.
Namun, bersama Leicester Ranieri akhirnya mampu membuang predikit Mr Runner up tersebut. Ia sukses membuat Leicester, klub yang di pandang sebelah mata di awal musim ini menjadi tim yang mengejutkan di musim ini.
Tanpa nama nama bintang besar The Foxes membuat kejutan besar di Premier League musim ini. Leicester akhirnya memastikan gelar setelah rival terdekatnya, Tottenham Hotspur ditahan imbang Chelsea di Stamford Bridge.
Ranieri pun mengungkapkan bahwa dia tahu akhirnya akan memenangi liga setelah sempat merasakan kekecewaan dipecat dari timnas Yunani.
"Saya berusia 64 tahun, saya sudah berjuang untuk waktu yang lama, tapi saya selalu positif dan juga memiliki tim yang positif," ungkap Ranieri seperti dilansir Rai 3 show processo del Lunedì.
"Saya selalu berpikir bahwa saya akan memenangkan gelar liga di suatu tempat akhirnya. Saya orang yang sama yang dipecat oleh Yunani, mungkin orang di sana sudah lupa tentang karir saya," kata tukasnya.