Suara.com - Masih belum hilang dalam ingatan Yohan Cabaye saat sekumpulan teroris membuat makar di ibu kota Prancis, Paris, pada 13 November 2015 silam. Tidak kurang, 130 nyawa melayang dalam insiden keji tersebut.
Tragedi ini pun diharapkan Cabaye jadi momen untuk kebangkitan tim nasional Prancis di kancah internasional dengan merebut kembali trofi Piala Eropa. Terlebih turnamen empat tahunan yang akan datang itu akan diselenggarakan di kandang sendiri.
"Itu adalah momen yang menyedihkan, sangat sulit (dilupakan)," kata Cabaye kepada BBC Football Focus. "Ini adalah waktunya bagi Prancis untuk bangkit dan bersatu menunjukkan kepada orang-orang jika kami siap berjuang untuk negara."
"Semua pendukung Prancis, termasuk kami (para pemain); kami harus ingat apa yang terjadi November lalu dan akan sangat bagus jika kami bisa persembahkan trofi Piala Eropa 2016 untuk para korban," Cabaye, 30 tahun.
Prancis terakhir kali meraih hasil besar di turnamen, yakni saat Piala Eropa 2000 Belanda & Belgia. Kala itu, Prancis yang masih diperkuat sang maestro, Zinedine Zidane, sukses tundukkan Italia di final, 2-1.
Kini, tak kurang dari tiga bulan lagi Piala Eropa 2016 akan digelar. Cabaye pun fokus menjaga konsistensi permainan agar bisa masuk dalam 23 pemain yang akan berlaga di Piala Eropa 2016 bersama tim nasional Prancis.
"Itu adalah turnamen besar yang diadakan di rumah kami. Tentu saja, saya sangat berhasrat bisa masuk dalam skuat. Kami fokus memenangi turnamen itu. Kami memiliki pemain yang bagus. Kami juga punya pendukung yang akan jadi pemain ke-12 untuk kami nantinya," tutur Cabaye. (Soccerway)