Suara.com - Hari ini, 43 tahun yang lalu, Luis Figo lahir di Almada, Portugal. Pemilik nama lengkap Luis Filipe Madeira Caeiro Figo ini adalah mantan bintang lapangan hijau yang pernah sukses di beberapa klub raksasa Eropa pada era pertengahan 90an sampai pertengahan 2000an.
Figo dikenal sebagai salah satu pemain terbaik di generasinya. Kemampuannya melakukan assist, ditambah kelihaiannya mengecoh pemain lawan membuat perannya sebagai winger sulit dicari gantinya. Jelang akhir kiprahnya di lapangan hijau, Figo lebih sering ditugaskan sebagai playmaker, seiring kecepatan geraknya yang sedikit demi sedikit menurun.
Sejak usia 11 tahun Figo berlatih sepak bola. Ia pertama kali bermain untuk Sporting CP pada tahun 1989, klub yang memolesnya sejak tahun 1984.
Tahun 1995, Figo berniat pindah ke liga-liga besar Eropa, Serie A yang dituju. Namun, karena sengketa antara Juventus dan Parma, yang sama-sama sudah mendapat tanda tangan Figo, keinginannya pun gagal terpenuhi. Akhirnya, Barcelona yang jadi tempatnya berlabuh.
Bersama Barcelona, kariernya meroket. Di samping Ronaldo, Rivaldo, dan Patrick Kluivert, Figo jadi kekuatan baru yang membuat nama Blaugrana kian berkibar.
Lima musim memperkuat Barca, Figo mencicipi dua trofi La Liga, dan satu Piala Winners UEFA. Dirinya pun punya tempat tersendiri di hati fans Barca karena mendukung Katalonia sebagai negara yang terpisah dari kekuasaan Spanyol.
Namun, Figo dianggap sebagai pengkhianat ketika pada tahun 2000, dirinya memutuskan pindah ke Real Madrid, musuh bebuyutan Tim Katalan. Kedatangan Figo di Santiago Bernabeu menandai dimulainya era Galacticos, era di mana Madrid mulai mengisi skuatnya dengan pemain-pemain bintang berharga selangit.
Ironisnya, saat sudah merapat ke Madrid, Figo merebut trofi Ballon d'Or, penghargaan tertinggi insan sepak bola justru berkat penampilannya di Barcelona.
Hari penghakiman Figo pun datang pada 21 Oktober 2000 ketika untuk pertama kalinya ia datang ke Camp Nou dengan seragam Los Blancos. Figo disambut teriakan memekakkan telinga dan spanduk-spanduk bernada celaan, seperti "Pengkhianat", "Yudas", sampai "Tentara Bayaran".
Bersama Madrid, Figo dua kali mengangkat trofi La Liga, termasuk satu yang ia rebut pada musim perdananya di Santiago Beranabeu. Ia juga membantu El Real meraih gelar Liga Champions.
Tahun 2005, Figo pindah ke Inter Milan setelah kontraknya dengan Madrid habis. Empat musim bersama Inter, empat kali pula dirinya merasakan jadi Scudetto Serie A dan memutuskan pensiun dari sepak bola di klub tersebut.
Lelaki yang menikahi model Swedia Helen Svedin ini pernah mencalonkan diri untuk menjadi Presiden FIFA pada awal tahun 2015. Namun, hanya berselang empat bulan, lelaki yang fasih berbahasa Spanyol, Inggris, Italia, dan Prancis ini menarik diri dengan alasan tak menginginkan kekuasaan absolut.