Firman Utina Tak Setuju Ada Batasan Gaji Buat Pemain ISL

Ruben Setiawan Suara.Com
Jum'at, 07 Agustus 2015 | 01:50 WIB
Firman Utina Tak Setuju Ada Batasan Gaji Buat Pemain ISL
Firman Utina (kiri). (Antara)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Gelandang Persib Bandung Firman Utina menyatakan keberatannya terkait wacana batas gaji yang akan diterapkan oleh PT Liga Indonesia untuk kompetisi Indonesia Super League (ISL) 2015/2016.

"Misalnya begini, ada pemain usia 16 tahun yang dikontrak suatu klub tapi posisinya masih menjadi cadangan, sedangkan pemain lain yang sering tampil di lapangan gajinya sama dengan yang cadangan. Kan tidak pantas juga," ujar Firman kepada Antara usai mengisi sesi klinik pelatihan dalam rangkaian acara "Milo Camp" di Stadion Bola Bea Cukai, Rawamangun, Jakarta Timur, Kamis sore.

Batas gaji atau biasa disebut "salary cap" merupakan perjanjian atau aturan yang membatasi setiap klub untuk mengeluarkan gaji pemain di tiap bulan atau tahun, dan batasan tersebut bisa muncul berdasarkan gaji yang diterima per pemain, jumlah punggawa per tim, atau kombinasi keduanya.

Aturan "salary cap" sebenarnya berlandaskan pada pendekatan klub. Operator biasanya menerapkan regulasi ini demi membatasi pengeluaran klub.

Firman pun mengaku paham bahwa rencana pembayaran gaji pemain dengan sistem "salary cap" dimaksudkan untuk menjaga kestabilan keuangan klub agar tak menunggak gaji pemainnya.

Namun, dia menuntut ada sistem pembayaran lain yang lebih adil mekanismenya.

"Saya akan melihat dulu dengan teman-teman lain di klub apakah mereka menerima atau tidak sistem ini, karena banyak juga klub yang menghargai pemain mahal hanya agar nilai kontraknya terlihat mahal tapi akhirnya ada keterlambatan gaji," tutur pesepakbola yang menjadi kapten timnas Indonesia dalam ajang Piala Suzuki AFF 2010 itu.

Demi menunjang kualitas dan kesejahteraan pemain, pria asal Manado itu mengimbau setiap klub untuk terbuka tentang kondisi keuangan mereka kepada pemain yang akan direkrut.

"Kalaupun ada klub-klub yang dananya terbatas juga harus terus terang kepada para pemain, dengan catatan ketika mereka tidak bisa membayar tinggi, mereka harus menjamin tidak ada keterlambatan gaji. Saya rasa itu lebih profesional daripada standardisasi pemain-pemain nasional harus dibatasi," ujar pria asal Manado itu.

Menurut rencana, PT Liga, Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI), dan para pengurus klub akan mengadakan pertemuan untuk membahas lebih lanjut tentang penerapan "salary cap" ini pada 12 Agustus 2015.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI