Suara.com - Sebuah Firma Hukum yang disewa Qatar untuk Piala Dunia 2022 mengeluarkan laporan jika terjadi keganjilan dalam memperkerjakan pekerja konstruksi membangun fasilitas Piala Dunia 2022. Para pekerja dilaporkan bernasib buruk.
Laporan itu dikeluarkan tahun lalu oleh firma hukum bertaraf internasional itu. Laporan itu sempat didesak LSM HAM internasional untuk ditindaklanjuti.
Namun 15 bulan kemudian atau saat ini, dilaporkan tidak ada rekomendasi yang ditindaklanjuti. Sehingga kritikus mengibaratkan ribuan buruh asing di Qatar mirip seperti budak.
Qatar dilaporkan memotong biaya sangat tinggi. Qatar juga seolah-olah 'menahan' para buruh tak boleh pulang.
Sebuah subkomite Senat Amerika Serikat mengamati isu-isu itu sejak Rabu (15/7/2015) kemarin. Mereka menduga 'perbudakan' di Qatar itu akibat 'budaya' korupsi FIFA. Bahkan dilaporkan sudah ada pekerja yang mati di Qatar.
"Budaya korupsi FIFA menutup mata terhadap pelanggaran hak asasi manusia yang signifikan sampai menghilangkan kehidupan dengan tragis," kata Senator Jerry Moran dari Kansas.
Sebuah perusahaan konstruksi asal Amerika Serikat yang menang tender pembangunan fasilitas Piala Dunia Qatar 2022 itu juga terlibat dalam perdebatan soal praktik perburuhan itu. (NY Times)