Suara.com - Arema Cronus Malang, terancam kehilangan kontrak dengan sponsor, setelah PSSI resmi menghentikan kompetisi Liga Indonesia 2015 yang baru berjalan dua kali pertandingan atau dua pekan.
CEO Arema, Iwan Budianto di Malang, Minggu mengatakan manajemen masih akan mempelajari dengan cermat semua kontrak yang telah dibuat dan ditandatangani, baik dengan pemain, pelatih maupun pihak sponsor, ketika terjadi kondisi darurat (force majeure).
"Kami masih akan pelajari semua kontrak yang sudah kita buat terkait ketentuan kondisi force majeure. Ada salah satu klausal perjanjian yang menyebutkan adanya pembatalan kontrak jika terdapat kondisi darurat dengan 'sponsorship'," ucaap Iwan.
Artinya, kata Iwan, jika ketentuan itu ada dalam klausul, semua kontrak dengan sponsor akan terputus, berarti semua kontrak manajemen dengan sponsor akan putus. Oleh karena itu, keputusan PSSI menghentikan kompetisi LSI yang baru dimulai itu sangat disayangkan.
Menurut Iwan, penghentian kompetisi tersebut merupakan pengulangan sejarah pada 1998. Tahun 1998 juga pernah dilakukan dan itu menjadi tragedi sepak bola di Tanah Air.
"Jujur, saya tidak percaya dengan kondisi ini, saya kira kejadian 1998 itu merupakan yang pertama dan terakhir dalam kompetisi sepak bola kita, ternyata sekarang terulang kembali," ujarnya.
PSSI akhirnya menghentikan kompetisi LSI atau Qatar National Bank (QNB) League karena kondisi force majeure, akibat pembekuan PSSI oleh Kemenpora. Karena pembekuan PSSI tersebut akhirnya seluruh kompetisi musim 2015, baik LSI maupun Divisi Utama dibatalkan dan dihentikan.
Sejak dibekukannya PSSI oleh Menpora dan kompetisi terkatung-katung, manajemen Arema mengaku mengalami kerugian hingga mencapai Rp5 miliar. Nilai sebesar Rp5 miliar tersebut masih belum termasuk biaya operasional tim selama menjalani latihan serta persiapan panitia penyelenggara pertandingan (panpel). (Antara)