Suara.com - Sejumlah pemain Sriwijaya FC khawatir bakal diputus kontrak kerja oleh manajemen klub setelah PT Liga Indonesia menghentikan kompetisi beberapa hari lalu terkait kisruh PSSI dan Kemenpora.
Pemain depan "Laskar Wong Kito" Risky Dwi Ramadhana di Palembang, Minggu, mengatakan klub menelan kerugian cukup besar akibat penghentian itu sehingga ada kemungkinan akan memutuskan kontrak pemain meski harus menanggung denda.
"Saat ini pemain diliburkan sampai waktu yang belum ditentukan, belum tahu nasib kami ke depannya. Sejauh ini belum ada pembicaraan dengan pelatih dan manajemen," ucap Rizky.
Senada, pemain Sriwijaya FC lainnya Asri Akbar mengatakan penghentian kompetisi QNB League ini sangat merugian klub dan pemain.
"Klub jelas akan rugi secara finansial karena uang sudah keluar tapi tidak ada pemasukan. Pemain juga akan terkena imbasnya, bisa jadi ada pemutusan kontrak kerja karena klub ingin meminimalisasi kerugian," ujar Asri yang saat ini sedang pulang ke kampung halamannya di Makassar.
Terkait khawatiran pemain Sriwijaya FC ini, Direktur Keuangan PT Sriwijaya Optimis Mandiri Yuliar mengatakan, manajemen klub tetap berpegang pada perjanjian (kontrak) yakni pemain memperkuat klub selama satu musim, sehingga tidak akan merevisi kontrak kerja.
"Komitmen dengan pemain yakni membela klub selama satu musim artinya sampai kompetisi selesai, dengan asumsi kompetisi 2015 tetap ada. Klub dan pemain hingga kini masih berharap kompetisi tetap berlanjut jadi saya belum mau bicara terlalu jauh," tutur Yuliar.
Ia mengatakan, secara finansial klub dirugikan akibat penghentian kompetisi ini karena tetap mengeluarkan biaya rutin bulanan seperti penginapan, makan, dan transfortasi.
"Menunggu-menunggu ini artinya sama saja dengan mengeluarkan biaya, untuk meminimalisasi kerugian ini terpaksa tim diliburkan sejak Kamis lalu," kata dia.
Terkait dengan gaji pemain menurutnya Sriwijaya Football Club sempat merestrukturisasi ketika terjadi penundaan kompetisi Liga Super Indonesia dari 20 Februari menjadi 4 April 2015.