Suara.com - Hari ini, 67 tahun silam, Iswardi Idris lahir di Banda Aceh, Provinsi Aceh. Iswardi Idris merupakan gelandang legendaris tanah air yang pernah mengharumkan nama Indonesia di kancah Asia di akhir tahun 60-an hingga awal 70-an.
Pada masa itu, nama Iswadi tak bisa dipisahkan tiga legenda Merah Putih lain yakni Soetjipto Soentoro, Abdul Kadir, dan Jacob Sihasale. Mereka berempat dijuluki "kuartet tercepat di Asia" karena kecepatan dan kelincahan mengolah bola.
Iswadi tidak bermain di balik bayang-bayang tiga jagoan lainnya. Gelandang yang dijuluki Boncel lantaran posturnya yang tidak terlalu tinggi ini dikenal sebagai gelandang berkarakter menonjol. Kedisiplinan dan jiwa kepemimpinannya yang kental membuatnya cukup lama dipercaya mengenakan ban kapten timnas.
Selain menempati posisi gelandang, Iswadi juga kerap dipasang di pos lain, dari bek kanan hingga sweeper. Boleh dibilang, soal istilah pemain serba bisa di timnas, Iswadi-lah pelopornya.
Iswadi banyak menorehkan prestasi membanggakan bersama timnas. Yang pertama adalah Piala Raja 1968 di Thailand. Dengan 5 gol yang ia cetak di sepanjang kompetisi, Iswadi sukses mempersembahkan trofi juara bagi tim Merah Putih. Setahun kemudian, Iswadi kembali menunjukkan tajinya. Empat golnya di Turnamen Merdeka 1969 yang juga digelar di Thailand, mengantar Indonesia ke tampuk juara. Perak yang dipersembahkan Iswadi dan kolega di Asian Games 1970, jadi prestasinya yang paling membanggakan selama berseragam timnas.
Hal menarik lain yang pernah terjadi di sepanjang karier Iswadi adalah ketika ia dan rekan-rekannya di timnas menjamu raksasa Rusia, Dinamo Moskwa. Berhadap-hadapan dengan kiper terbaik dunia kala itu, Lev Yashin, Iswadi memilih mengoper bola kepada Jacob Sihasale ketimbang menendang langsung ke arah gawang. Alhasil, lantaran tidak siap menerima umpan, Jacob gagal menjebol jala Yashin.
Penampilannya yang ciamik, membuat klub asing kepincut. Adalah Western Suburbs, klub asal Australia yang merekrutnya untuk merumput di Negeri Kanguru. Namun, Iswadi hanya setahun di Australia lalu kembali ke tanah air.
Di kancah nasional, Iswadi mengawali karier seniornya bersama klub Persija Jakarta. Selain Persija, Iswadi pernah pula memperkuat IM Jakarta, Pardedetex, dan Jayakarta. Iswadi gantung sepatu pada tahun 1980 setelah dua musim membela PSPS Pekanbaru.
Pensiun jadi pemain, lelaki yang akrab disapa Bang Is ini masuk jajaran pengurus PSSI pada tahun 1994. Veteran yang pernah menjabat Direktur Kompetisi dan Turnamen, Komite Disiplin, Direktur Teknik, hingga Manajer Teknik PSSI ini tutup usia pada 11 Juli 2008 karena serangan stroke.