Pengamat: Penundaan ISL Memang Sangat Menyakitkan

Rabu, 25 Februari 2015 | 01:30 WIB
Pengamat: Penundaan ISL Memang Sangat Menyakitkan
CEO PT Liga Indonesia Joko Driyono saat meresmikan dimulainya kompetisi sepakbola Indonesia Super League (ISL) 2015, di Jakarta, Sabtu (14/2). [Antara/Akbar Nugroho Gumay]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Salah seorang pengamat sepakbola asal Papua, Nico Dimo, menganggap bahwa penundaan penyelenggaraan Liga Super Indonesia (LSI) 2015 oleh Menpora Imam Nahrawi, tergolong begitu menyakitkan.

"Persoalan penundaan LSI 2015 memang sangat menyakitkan. Seharusnya sejumlah rekomendasi oleh BOPI dilakukan sejak awal," kata Nico di Kota Jayapura, Papua, Selasa (24/2/2015).

Nico mengaku termasuk yang kaget dengan keputusan Menpora yang menunda penyelenggaraan LSI 2015 tersebut.

"Kebijakan yang diambil oleh Pak Menpora itu, pertama, sangat menggagetkan. Itu pertama. (Soalnya) Sebagai pengamat sepakbola dari Papua, saya melihat perkembangan sepakbola selama ini sudah cukup bagus," jelas mantan kiper Persipura Jayapura di era 1970-1980-an ini.

Meski begitu, sambung Nico, apa yang telah diputuskan oleh Menpora itu bisa saja sebagai langkah yang tepat untuk membenahi kekurangan dalam LSI yang selama ini sering menjadi keluhan.

"Yang kedua, kita semua harus menghormati bahwa apa yang dilakukan oleh pemerintah, dalam hal ini Menpora, adalah langkah yang tepat. Dalam arti, mungkin ada sejumlah persoalan dalam pelaksanaan liga-liga sebelumnya, yang menjadi semacam pekerjaan rumah pada akhir sebuah kompetisi (dan) selalu saja mendatangkan persoalan bagi klub itu sendiri dan pemain," paparnya.

Sehubungan dengan itu, Nico pun meminta agar semua pihak bisa menyikapi hal ini secara bijak dan arif. Dia memandang, akan lebih baik jika persoalan ini bisa dibicarakan secara arif dan bijaksana oleh pihak-pihak yang ada.

"Tetapi juga pihak pemerintah sendiri, secara arif dan bijak, (harus) melihat faktor-faktor apa ketika liga itu ditunda. Sudah barang tentu ada faktor-faktor serius yang dihadapi oleh klub," katanya.

Nico lantas menyampaikan soal kontrak pemain yang sudah dilakukan oleh klub dengan pemain, yang juga akan bermasalah karena penundaan ini. Misalnya jika mereka hanya dikontrak 10 bulan, namun karena ditundanya pelaksanaan liga, kontraknya harus bergeser jatuh temponya.

"Itu akan menimbulkan persoalan baru bagi klub itu sendiri. Hal lainnya adalah jadwal pertandingan yang berubah. Dan sudah pasti ketika jadwal pertandingan berubah, akan berdampak negatif pada biaya yang akan membengkak, khususnya persiapan dana pemain jadi terganggu," ungkapnya.

Nico juga berharap, ketika Menpora mengeluarkan kebijakan untuk menunda pelaksanaan LSI, seharusnya pemerintah juga memberikan solusi kepada pihak-pihak yang mengalami kerugian. Namun, dia tetap menilai keputusan yang telah diambil oleh Menpora itu bukanlah merupakan akhir dari segala sesuatunya.

"Itu yang tadi saya katakan. Barangkali Menpora melihat bahwa ada sejumlah persoalan dari liga ke liga, yang di akhir dari sebuah liga itu muncul persoalan, seperti gaji pemain, kontrak pemain. Yang pasti, di akhir kompetisi itu selalu ada klub yang dikabarkan tidak mampu membayar," tandasnya. [Lidya Salmah]

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI