Ronny Pattinasarany, "Si Kurus" Legenda dari Makassar

Ruben Setiawan Suara.Com
Senin, 09 Februari 2015 | 09:03 WIB
Ronny Pattinasarany, "Si Kurus" Legenda dari Makassar
Ronny Pattinasarany. (pssi-football)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Hari ini, 66 tahun silam, Ronald Hermanus Pattinasarany lahir di di Makasar, Sulawesi Selatan. Ronny Pattinasarany, demikian ia lebih dikenal, adalah legenda sepak bola Indonesia yang pernah berkarier sebagai pemain, juga pelatih.

Penggemar sepak bola tentu belum lupa dengan mendiang Ronny Pattinasarany. Di era 90-an, wajahnya kerap tampil di layar kaca tanah air, sebagai pengamat pertandingan sepak bola, baik laga dalam maupun luar negeri.

Jauh sebelum dirinya kerap didapuk sebagai pengamat, Ronny adalah salah satu pemain terbaik yang pernah dimiliki oleh Indonesia. Pada tahun 1970-an hingga 1980-an, Ronny, bersama putra-putra terbaik bangsa lainnya, jadi yang paling berjasa mendongkrak pamor timnas Merah Putih di level Asia.

Gelandang serang berdarah Ambon itu membawa Indonesia meraih medali perak SEA Games tahun 1979 dan 1981. Penghargaan individu pun berulang kali diraihnya, antara lain Pemain All Star Asia 1982, Olahragawan Terbaik Nasional tahun 1976 dan 1981, serta pemain terbaik Galatama tahun 1979 dan 1980.

Bakat sepak bola Ronny diturunkannya dari sang ayah, Nus Pattinasarany, bintang sepak bola di era pra-kemerdekaan. Mengawali kariernya di PSM Makassar, Ronny mencoba peruntungan di Warna Agung, sebuah klub yang bermain di kompetisi Galatama. Membela klub tersebut sejak 1978 hingga 1982, nama pemain berjuluk "Si Kurus" itu meroket. Iapun lalu terpilih sebagai kapten timnas Garuda.

Selepas membela Warna Agung, Ronny hengkang ke Tunas Inti. Namun, hanya setahun bertahan, Ronny memutuskan untuk menyudahi kariernya sebagai pemain dan memilih jalur kepelatihan. Beberapa klub yang pernah ia arsiteki adalah Persiba Balikpapan, Krama Yudha Tiga Berlian, Persita Tangerang, Petrokimia Gresik, Makassar Utama, Persitara Jakarta Utara, dan Persija Jakarta. Sayang, prestasinya sebagai pelatih tak sebaik ketika masih jadi pelatih.

Pensiun jadi pelatih, Ronny dapat kesemmpatan membina pemain-pemain muda berbakat PSSI pada tahun 2006. Untuk membantu pekerjaannya, Ronny juga merekrut sejumlah pemain legendaris Indonesia. Ronny, yang pernah mundur dari lapangan hijau untuk merawat dua anaknya yang kecanduan narkoba, meninggal dunia pada 19 September 2008. Ia tutup usia setelah hampir setahun berjuang melawan kanker hati yang ia derita.

REKOMENDASI

TERKINI