Suara.com - Hari ini, 56 tahun yang lalu, Bambang Nurdiansyah lahir di Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Banur, demikian ia akrab disapa, adalah mantan pemain timnas Indonesia yang kini menjadi pelatih Persita.
Banur resmi menukangi Persita setelah menandatangani kontrak dengan manajemen klub asal Tangerang itu pada awal bulan Desember. Banur menyatakan siap membawa Pendekar Cisadane kembali berlaga di Liga Super Indonesia setelah terjungkal ke kompetisi kasta kedua tanah air.
Banur merupakan salah satu pelatih yang sudah kenyang pengalaman. Sebelumnya merapat ke Persita, Banur menangani Cilegon United selama dua musim. Persiram Raja Ampat, Jakarta FC, PSIS Semarang, Arema Malang dan Pelita Krakatau Steel adalah deretan klub yang juga pernah ia arsiteki.
Selain berkiprah sebagai pelatih dari satu klub ke klub lainnya, Banur juga pernah dipercaya mengelola putra-putra terbaik bangsa saat menjadi caretaker dan asisten pelatih timnas Indonesia.
Karier Banur yang terbilang moncer di lapangan hijau tak lepas dari latar belakangnya sebagai salah satu pemain legendaris timnas Merah Putih, juga sejumlah klub di era tahun 80-an. Putra pasangan M. Sidik dan Nursehan ini mengawali kariernya sebagai striker Arseto Solo pada tahun 1978.
Empat tahun di Arseto, Banur pindah ke Tunas Inti dan bermain selama setahun di klub tersebut. Banur juga pernah tercatat sebagai salah satu punggawa Pelita Jaya. Menunjukkan kualitasnya sebagai striker yang tajam, Banur pun pernah membela timnas selama sebelas tahun, yakni pada tahun 1980 hingga 1991.
Puncak keemasan Banur adalah ketika dirinya memperkuat Mercu Buana dan Krama Yudha Tiga Berlian pada era Galatama tahun 80-an. Banur mempersembahkan dua trofi Galatama untuk Krama Yudha Tiga Berlian.
Tak salah jika ia masuk dalam daftar 22 legenda sepak bola Indonesia, penghargaan bergengsi yang dianugerahkan pada gelaran final Copa Indonesia Djie Sam Soe 2007. Penghargaan itu diberikan kepada pemain yang pernah membela timnas di level nasional, regional, maupun internasional. Julukannya pun tak kalah sangar dengan Zulkarnaen Lubis, gelandang legendaris berjuluk Maradona, atau Andik Vermansyah yang dijuluki Messi. Banur punya julukan Gerd Muller, lantaran gayanya yang mirip striker Bayern Munich haus gol di era tahun 60-an.