Suara.com - Hari ini, 66 tahun silam, Abdul Kadir lahir di Denpasar, Bali. Abdul Kadir adalah veteran tim nasional Indonesia yang pernah mengharumkan nama bangsa di tingkat Asia pada era tahun 60-an hingga 70-an.
Nama Abdul Kadir dikenang sebagai salah satu generasi emas tim merah putih. Bersama Sothipto Soentoro, Max Timisela, Iswadi Idris, dan Jacob Sihasale, Abdul Kadir pernah terpilih sebagai bagian dari skuat Asia All Stars pada tahun 1967 hingga 1968. Tak mengherankan, mereka dikenal sebagai kuartet tercepat yang pernah dimiliki Indonesia.
Sebagai pemain yang dipercaya di posisi sayap kiri sepanjang kariernya, Kadir dikenal memiliki kemampuan olah bola di atas rata-rata. Tak tanggung-tanggung, Kadir, di masa jayanya, kerap disejajarkan dengan bintang sepak bola Brasil, Pele, Si Mutiara Hitam.
Ketika berkunjung ke Indonesia pada tahun 1972, Pele pernah diundang ke TVRI untuk memamerkan kemampuannya melakukan juggling bola. Dan tebak siapa pemain nasional yang diundang televisi nasional itu untuk mendampingi Pele? Kadir orangnya.
Kadir, gelandang yang dijuluki 'Kancil' lantaran kelincahannya itu, juga menjadi salah satu punggawa timnas Garuda yang berangkat ke Rangoon, Myanmar, untuk mengikuti penyisihan grup Kualifikasi Olimpiade Munich 1972. Sempat diunggulkan, Indonesia keok di tangan Israel setelah menang atas India dan Thailand.
Kadir juga terlibat laga persahabatan antara timnas Merah Putih dengan timnas Uruguay. Pada saat itulah, untuk pertama kalinya, Indonesia berhasil mengalahkan tim kuat dari tanah Amerika Selatan itu. Tak terima takluk 2-1 dari Indonesia, Uruguay, yang kebetulan memang tak menurunkan tim intinya, meminta pertandingan ulang. Dalam laga ulangan, Uruguay giliran jadi pemenang, meski hanya tipis 3-2.
Sukses sebagai pemain, sukses pula sebagai pelatih. Menangani klub Krama Yudha Tiga Berlian, Kadir berhasil mempersembahkan gelar runner-up kedua Piala Champion Asia tahun 1986. Saat itu, belum ada pelatih Indonesia yang berhasil membawa klub lokal lolos ke tingkat internasional.
Kadir pulalah, satu dari tiga legenda Indonesia yang ditunjuk untuk menangani timnas ke penyisihan Piala Dunia 1990. Digerogoti usia, kondisi Kadir kian menurun, apalagi penyakit ginjal memaksanya terus cuci darah. Kadir menghembuskan nafas terakhirnya di Jakarta, pada 4 April 2003.