Suara.com - Hari ini, 54 tahun yang lalu, Zulkarnaen Lubis lahir di Binjai, Sumatera Utara. Zulkarnaen Lubis adalah mantan gelandang serang timnas Indonesia yang pernah malang melintang di banyak klub papan atas tanah air.
Beberapa tahun belakangan ini dunia sepak bola Indonesia dihebohkan kehadiran sosok "Messi" berdarah lokal. Ya, siapa lagi orangnya jika bukan Andik Vermansyah, striker lincah timnas yang kini merumput di negeri jiran, Malaysia.
Namun, mungkin tak terlalu banyak yang tahu, di era tahun 80an silam, Indonesia pernah punya pemain hebat bertalenta mirip gelandang legendaris Argentina, Diego Maradona. "Maradona Indonesia" demikian ia dijuluki pada masa itu. Tampil dengan trade mark rambut gondrongnya, Zulkarnaen terkenal sebagai salah satu gelandang hebat yang piawai melontarkan umpan-umpan matang kepada para penyerang di lini depan.
Kehadiran Zulkarnaen di lini tengah, memudahkan para striker di klub yang ia bela, untuk mencetak gol. Kualitas tersebut, dipadu dengan keahliannya melakukan dribbling dan gocekan cantik, mengantarnya menjadi salah satu pemain yang dipercaya memperkuat timnas Merah Putih. Sayang, dirinya kerap dicoret dari jajaran pemain timnas lantaran sering terganjal persoalan disiplin.
Tiga tahun membela timnas, prestasi terbaik Zulkarnaen adalah membawa Merah Putih menembus semifinal Asian Games. Sebelum bermain di tim-tim besar di Pulau Jawa macam Yanita Utama Bogor dan Krama Yudha Tiga Berlian, nama Zulkarnaen sudah lebih dulu besar lewat klub-klub di Sumatra Utara, sebut saja PSKB Binjai, PSMS Medan, dan Mercu Buana Medan. Bersama Krama Yudha Tiga Berlian, Zulkarnaen mencicipi dua kali gelar Juara Galatama berturut-turut, yakni pada tahun 1987 dan 1988.
Sering dengan berjalannya usia, popularitasnya memudar, tenggelam oleh munculnya bibit-bibit baru pemain bintang. Nama besarnya tak mampu menolongnya dari keterpurukan. Gaya hidup foya-foya dan keakrabannya dengan dunia malam, juga jadi faktor penyebab pailitnya Zulkarnaen usai gantung sepatu. Untuk bertahan hidup, Zulkarnaen sampai sempat menyerah dari lapangan hijau dan banting stir menjadi pedagang nasi goreng.
Adalah uluran tangan seorang legenda timnas Ronny Pattinasarani yang membuat Zulkarnaen kembali mencari peruntungan dari si kulit bundar. Sempat sejenak menangani pemain-pemain muda PSSI, Zulkarnaen mundur menyusul perpecahan yang terjadi di tubuh wadah sepak bola tanah air itu. Kini, Zulkarnaen cukup puas menjadi pelatih sekolah sepak bola khusus perempuan.