Suara.com - Hari ini, 46 tahun yang lalu, Fabrizio Ravanelli lahir di Perugia, Italia. Ravanelli adalah legenda sepak bola asal Italia yang harum namanya saat membela klub Inggris Middlesbrough, raksasa Italia Juventus, dan klub Prancis Marseille.
Penggemar sejati La Vecchia Signora tentu tahu siapa Ravanelli. Penna Bianca alias Bulu Putih, demikian 'panggilan sayang' dari para fans Si Nyonya Tua kepadanya. Julukan itu diberikan pada Ravanelli karena rambutnya yang sudah memutih seluruhnya sebelum waktunya.
Pencetak gol yang subur, itulah Ravanelli. Syarat-syarat striker idaman yang kuat, cepat dan doyan kerja keras, ada semua dalam diri Ravanelli. Tubuhnya yang memiliki tinggi 188 sentimeter membuatnya unggul dalam duel udara, belum lagi kemampuannya melakukan tembakan akurat yang membuatnya jadi salah satu pencetak gol terbanyak Eropa pada pertengahan 90an.
Bersama juru gedor Bianconeri macam Roberto Baggio, Gianluca Vialli, Paolo Di Canio, dan Alessandro Del Piero, Ravanelli membentuk barisan tangguh di klub asal Turin. Striker itu membantu Juve lima kali merengkuh gelar bergengsi, termasuk diantaranya adalah satu gelar Scudetto Serie A dan satu gelar juara Liga Champions selama membela tim Zebra sejak tahun 1992 hingga 1996.
Tak hanya terkenal di tanah Italia, Ravanelli juga punya nama di Inggris setelah sempat setahun membela klub Liga Premier, Middlesbrough. Bergabung ke klub yang berada pada zona relegasi, striker yang mendapat julukan baru Serigala Putih, mampu mengangkat kembali pamor Boro. Ravanelli mampu membawa klub asuhan Bryan Robson menembus final dua kompetisi domestik musim 1996/1997 meski harus puas hanya menjadi runner up. Walaupun jadi pemain bergaji tertinggi di Liga Premier kala itu, Ravanelli kerap mengeluh soal metode dan fasilitas latihan, bahkan kota dari klub yang membayarnya.
Sempat pindah-pindah klub, Ravanelli memutuskan mengakhiri kariernya di lapangan hijau di klub asal kota kelahirannya, Perugia. Striker yang terkenal akan selebrasi golnya dengan menarik kaos menutupi kepala itu gantung sepatu pada tahun 2005. Sejak saat itu, Ravanelli jadi pengamat sepak bola di sejumlah media Italia seperti Sky Italia dan Mediaset.
Ravanelli pernah menjajal dunia kepelatihan. Adalah klub muda Juventus yang ia jadikan sebagai kelinci percobaanya. Ia bergabung menjadi salah satu staf di tim pelatih pada tahun 2011 hingga 2013 sampai akhirnya dipanggil untuk mengarsiteki klub Ligue 1 Prancis, AC Ajaccio.
Nampaknya, dewi fortuna belum berpihak padanya. Menandatangani kontrak dua tahun dengan Ajaccio, Ravanelli dipecat setelah Ajaccio kalah lima kali berturut-turut dan terpuruk ke posisi 19 klasemen.