Hari ini, 50 tahun yang lalu, Savatore Schillaci lahir di Palermo Italia. Lelaki yang akrab disapa Toto ini adalah pahlawan Italia di Piala Dunia 1990.
Sebelum Piala Dunia 1990 yang digelar di Italia, siapa yang mengenal Toto? Hampir tidak ada. Jikalau adapun, tentu jumlahnya jauh lebih sedikit daripada mereka yang mengidolakan bintang Azzuri kala itu, macam Roberto Baggio, Roberto Mancini, dan Gianluca Vialli. Ya, tahun 1990 adalah kali pertamanya Toto dipanggil masuk skuat Italia untuk Piala Dunia. Tak dinyana, lewat ajang itu pulalah, nama Toto melambung, bahkan dinobatkan sebagai pahlawan Italia.
Adalah laga perdana Italia di fase grup yang mengubah Toto, dari bukan siapa-siapa, menjadi seorang pahlawan. Melawan Austria, Toto masuk menggantikan Andrea Carnevale setelah laga hampir berakhir dengan kedudukan masih 0-0. Patut dicatat, itu adalah laga perdana Toto bersama Azzuri. Sebelumnya, belum pernah sekalipun Toto berseragam biru, bahkan untuk membela Italia dalam laga persahabatan sekalipun. Tak seorangpun menduga, itulah laga di mana Italia punya pahlawan baru. Sundulan kerasnya berhasil merobek jala Austria dan mengubah kedudukan 1-0 hingga akhir laga.
Namun, itu baru permulaan. Toto mencetak gol di laga-laga selanjutnya yang dilakoni Italia, yakni kontra Ceko, Uruguay, Republik Irlandia, dan laga semifinal kontra Argentina. Sayang, Italia harus takluk dari Argentina dalam adu penalti. Italia pun berduka, mereka gagal merebut trofi di tanah mereka sendiri. Namun, lain ceritanya dengan Toto. Bagi striker yang dikenal punya gaya lirikan mata khas itu, Piala Dunia 1990 jadi momen terindah dalam hidupnya. Selain meraih penghargaan Sepatu Emas dan Bola Emas, dirinya bisa menyumbangkan yang terbaik bagi negaranya.
Sejak saat itu, Toto jadi nama yang tak asing. Saking "ngefans-nya", banyak orang di negeri Pizza yang menamai hewan peliharaan mereka dengan nama "Toto". Seekor kuda juara balap juga diberi kehormatan untuk memakai nama "Schillaci".
Jika menengok ke belakang, jauh sebelum semua euforia tersebut terjadi, Toto hanyalah anak dari sebuah keluarga miskin di Palermo, kawasan yang terkenal akan mafianya. Sukses mendapat predikat striker haus gol saat membela klub lokal Amat Palermo, Toto berangkat ke Sisilia untuk bergabung bersama Messina. Kemampuannya menyarangkan bola membuat Juventus kepincut. Si Nyonya Tua pun meminangnya pada tahun 1989, setahun sebelum dirinya membuat kejutan di Piala Dunia. Dari Juventus, Toto pindah ke Inter Milan. Sayang, mantra-mantra golnya tak banyak berguna di Inter lantaran badai cedera yang ia alami. Hanya dua tahun bersama Inter, Toto hijrah ke Jepang untuk bermain bersama Jubilo Iwata, menjadikannya pemain Italia pertama yang merumput di Liga Jepang. Toto gantung sepatu pada tahun 1999 dan kini mengelola sekolah sepak bolanya sendiri di Palermo, kampung kelahirannya.