Suara.com - Tak kuat menanggung tingginya biaya hidup di Singapura, mantan kapten tim sepakbola Singapura, Fandi Ahmad berencana pindah ke Batam, Kepulauan Riau.
"Saya memegang status 'Indon PR' (Indonesia Permanen Resident), saya ingin pensiun dan pindah ke Batam karena Singapura terlalu mahal," ujar lelaki yang pernah menjadi salah satu anak favorit di negeri Singa itu.
Pernyataan Fandi ini, kontan menuai kontroversi di dunia maya. Beberapa orang, mengatakan Fandi tak lagi dibutuhkan untuk sepakbola Singapura.
"Sebagai pemegang Indon PR, Fandy dapat tinggal di Batam dan melatih Batam FC," demikian komentar salah seorang warga Singapura. Batam yang terletak tak jauh dari Singapura, dan bisa dicapai dalam waktu setengah jam memang makin dilirik warga Singapura, mengingat biaya hidup yang lebih terjangkau.
Tahun ini, oleh Bloomberg, Singapura ditetapkan sebagai kota dengan biaya hidup termahal di dunia. Negeri Singa itu naik lima tingkat dan melewati Paris, Oslo Zurich dan Sidney. Sedangkan Tokyo turun ke posisi enam. Kuatnya mata uang dolar Singapura dan naiknya harga-harga membuat biaya hidup di sana semakin mahal. Berdasarkan survei yang dilakukan Worldwide Cost of Living, Singapura yang luasnya hampir sama dengan kota New York telah mengalami lonjakan harga jual rumah mencapai titik tertinggi.
Biaya untuk transportasi di Singapura tiga kali lebih mahal dibandingkan di New York. Selain itu, harga pakaian di Singapura juga tergolong mahal, karena pengusaha ritel mengimpor produk-produk ternama dari Eropa. (Asiaone/Bloomberg)
Singapura Kemahalan, Fandi Ahmad Lirik Batam
Esti Utami Suara.Com
Kamis, 27 November 2014 | 14:32 WIB
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News
BERITA TERKAIT
Peta Kekuatan 5 Negara Terkuat di Piala AFF 2024, Timnas Indonesia Paling Berbahaya?
28 November 2024 | 14:01 WIB WIBREKOMENDASI
TERKINI