Roberto Mancini dan Strateginya Cegah Kebobolan

Ruben Setiawan Suara.Com
Kamis, 27 November 2014 | 09:00 WIB
Roberto Mancini dan Strateginya Cegah Kebobolan
Roberto Mancini saat menjabat pelatih Inter Milan. [Shutterstock/Maxisport]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Hari ini, 50 tahun yang lalu, Roberto Mancini lahir di Iesi, Italia. Manajer sepak bola nomor wahid, itulah Mancini. Mantan bintang lapangan hijau yang pernah melatih klub besar macam Lazio, Manchester City, dan Galatasaray itu kini menjadi manajer Inter Milan.

Manajer yang menaruh perhatian lebih pada lini belakang, begitu orang mengenal Mancini. Kepada anak-anak asuhnya, di klub manapun yang dilatihnya, mantan striker Sampdoria dan Lazio ini menekankan pentingnya untuk tidak kebobolan dalam pertandingan. Namun, tak berarti Mancini tidak suka jika penyerangnya sering membobol gawang lawan.

Mancini memprioritaskan penguatan pertahanan tim, baru kemudian mengasah ujung serangan agar banyak membuat gol. Gayanya yang terlalu berhati-hati ini kerap menuai kritik, terlebih saat dirinya mengarsiteki Manchester City pada tahun 2009 hingga 2013. Namun, dengan gaya itu, tim yang ia latih pun tak bisa dikatakan minim prestasi. Di bawah asuhannya, The Citizens sekali merengkuh trofi Liga Premier, Piala FA, dan Community Shield.

Mancini memulai karier kepelatihan di usia yang terbilang muda. Berbekal pengalaman jadi asisten pelatih Lazio, Sven-Goran Eriksson, Mancini sudah dipercaya menangani Fiorentina ketika usianya masih 35 tahun.

Di tim pertama yang ia latih inilah, Mancini membuktikan bahwa uang bukanlah segalanya untuk meraih prestasi. Konon, meski melatih tanpa digaji, sampai pernah dapat ancaman pembunuhan gara-gara menjual pemain bintang lantaran keuangan klub yang kembang kempis, Mancini sukses mempersembahkan gelar Coppa Italia bagi Fiorentina.

Kondisi serupa juga dialami saat dirinya menangani Lazio. Keuangan klub yang terpuruk memaksanya menjual pemain pilar, dan memotong gaji pemain lainnya. Namun, dengan tangan dinginnya, pelatih yang terbiasa mengenakan syal berwarna khas klub asuhannya itu berhasil membuat Lazio memenangi Coppa Italia.

Nama Mancini kian melambung ketika mengasuh Inter Milan untuk pertama kalinya selama periode 2004 hingga 2008. Pada saat itu, Inter mengakhiri puasa gelar domestiknya sejak tahun 1989 dengan memenangi Coppa Italia. Bersama Inter pula, suami Federica itu menjadi pelatih ketiga dalam sejarah sepak bola Italia yang berhasil membawa klubnya menyandang gelar Scudetto dua musim berturut-turut.

REKOMENDASI

TERKINI