Hari ini, 23 tahun yang lalu, Andik Vermansyah lahir di Jember, Jawa Timur. Andik adalah pesepakbola profesional yang baru saja memperpanjang kontrak bersama klub Liga Super Malaysia, Selangor FA.
Siapa tak kenal Andik Vermansyah. Pemain bertubuh mungil dan berpotongan rambut meruncing ke atas ini sempat jadi idola penggila bola tanah air kala memperkuat Timnas U-23 dan Timnas Senior di masa kepelatihan manajer Nil Maizar.
"Messi Indonesia", begitulah julukan yang kerap disematkan kepada pemain bertinggi badan 162 sentimeter itu. Tak cuma lantaran tubuhnya yang relatif lebih pendek dari pemain kebanyakan, namun juga karena kelincahan dan naluri mencetak gol yang, menurut banyak orang, tak jauh berbeda dengan sang bintang Barcelona, Lionel Messi.
Nama Andik mulai dikenal ketika dirinya membela Persebaya 1927 U-18. Tampil menawan dengan kecepatan dan kemampuan dribbling-nya, Andik dipromosikan ke tim utama Persebaya. Hebatnya, Andik, yang ketika itu masih berusia 17 tahun, jadi yang paling muda di antara pemain lainnya.
Talenta Andik tercium hingga ke negeri seberang. Beberapa klub terang-terangan menyatakan minat untuk meminang putra pasangan Saman dan Jumiah itu menjadi pemain mereka. Beberapa diantaranya adalah klub asal Jepang, Ventforet Kofu, serta klub Malaysia, Selangor FA. Namun, lantaran pertimbangan gaji, Andik lebih memilih Selangor FA. Konon, gaji Andik sebagai winger Selangor FA mencapai 150 ribu Dolar per tahun. Jika di-Rupiahkan angka tersebut setara dengan Rp1,8 miliar.
Tak cuma upah selangit, Andik juga mendapatkan kehidupan nyaman di Malaysia. Fasilitas seperti apartemen dan kendaraan ia dapatkan cuma-cuma dari klub berjuluk Gergasi Merah itu. Gaji lumayan juga memungkinkan dirinya untuk bisa mengenyam pendidikan di perguruan tinggi. Saat ini, Andik tercatat sebagai salah satu mahasiswa di Universitas Dr. Soetomo, Surabaya.
Tentu banyak yang tak menyangka, kehidupan Andik saat kecil tidaklah semakmur sekarang. Ayahnya yang hanya seorang kuli, dan ibunya yang cuma berprofesi sebagai penjahit, tidak mampu membiayai Andik masuk sekolah sepak bola. Bahkan, Andik sampai harus berjualan es untuk membantu perekonomian keluarga.
Tetapi, Andik punya mimpi, dan ia tak mau menyerah untuk mewujudkan mimpinya. Demi sepasang sepatu bola yang ia idamkan, Andik tak jemu berjualan es dan kue. Andik juga rutin mengikuti lomba sepak bola antar kampung untuk mengasah kemampuannya. Usaha Andik terbayar. Bakatnya terendus Rudi, pelatih Sekolah Sepak Bola Suryanaga yang menarik Andik jadi salah satu anak asuhnya, tanpa biaya sepeserpun.