Jesus Navas, Si Matador Lincah Bermata Biru

Ruben Setiawan Suara.Com
Jum'at, 21 November 2014 | 09:00 WIB
Jesus Navas, Si Matador Lincah Bermata Biru
Jesus Navas. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Hari ini, 29 tahun yang lalu, Jesus Navas Gonzales lahir di Los Palacios, Spanyol. Jesus Navas adalah punggawa tim Matador yang kini jadi winger klub raksasa Inggris, Manchester City.

Wajah rupawan dan mata biru yang indah bisa jadi dua hal yang paling diingat dan dikagumi oleh para fans perempuan dari seorang Navas. Ya, Navas memang dikenal sebagai salah satu pesepakbola yang dikagumi karena ketampanannya.

Namun, tak cuma itu nilai lebih yang dipunyai Navas. Klub sekelas Manchester City tak mungkin memboyong Navas dari Sevilla hanya karena kualitas semacam itu. Kecepatan larinya yang mencapai 33 km per jam, teknik dribbling yang ciamik, serta kemampuannya menciptakan umpan-umpan matang, jadi alasan Manuel Pellegrini mendatangkannya ke Etihad Stadium. Navas juga terkenal sebagai pemain yang rajin dan tak gentar berhadap-hadapan langsung dengan bek lawan.

Cerita tentang Navas bermula dari Los Palacios, sebuah kota kecil di Provinsi Seville, Spanyol. Di usia lima belas tahun, Navas bergabung dengan tim muda Sevilla. Hanya butuh waktu tiga tahun baginya untuk dipromosikan ke tim Sevilla B, lalu ke skuat utama. Di Sevilla inilah, Navas bersinar. Navas sukses membantu klub itu menjuarai dua Piala UEFA, dua juara Copa del Rey, satu Piala Super UEFA, dan satu juara Supercopa de Espana.

Penampilannya yang lincah dan garang membuat klub-klub besar Eropa seperti Arsenal, Juventus, hingga Real Madrid kepincut. Namun, Navas menjatuhkan pilihan pada Manchester City. Dengan nilai transfer sebesar 14,9 juta Poundsterling, Navas resmi bergabung The Citizens sejak 4 Juni 2013. Bersama Manchester City, Navas telah mencicipi satu gelar juara Liga Premier dan satu gelar Piala Capital One.

Di bangku sekolah, anak ketiga dari lima bersaudara yang lahir dari pasangan Paco dan Aurora ini sangat pandai dalam bidang sains dan matematika. Ayah dan ibunya adalah keturunan kaum Gipsi Roma yang religius dan memiliki ikatan keluarga kuat. Saking dekatnya dengan keluarga, anggota the winning team Spanyol pada Piala Dunia 2010 dan Euro 2012 ini sampai pernah mengalami gangguan 'rindu kampung halaman' akut di masa-masa awal dirinya masuk skuat Pelegrini.

Beruntung, Navas punya Marco, kakak kandung yang perhatian padanya. Sang kakak, punggawa klub divisi dua, Bury, selalu mencoba membuat Navas betah di City. Konon, keduanya rutin berkomunikasi lewat telepon tiap pagi hanya untuk saling menanyakan kabar. Pelegrini, pelatihnya yang pandai berbahasa Spanyol, juga membuat Navas mampu survive di tanah Inggris.

REKOMENDASI

TERKINI