Hari ini, 68 tahun yang lalu, Guus Hiddink lahir di Varsseveld, Belanda. Hiddink adalah pelatih asal negeri kincir angin yang pernah menukangi lebih dari 10 klub di seantero Eropa, juga beberapa tim nasional dari berbagai negara.
Hiddink, yang kini menjadi kepala pelatih tim nasional Belanda pernah mengasuh klub besar sekelas PSV Eindhoven, Real Madrid, hingga Chelsea. Maka tak berlebihan jika dirinya dianggap sebagai salah satu pelatih sepak bola paling kenyang pengalaman di dunia sepak bola.
Seperti kebanyakan pelatih hebat lainnya, Hiddink mengawali kariernya di lapangan hijau sebagai pemain sepak bola. Adalah De Graafschap, tim pertama yang ia bela pada tahun 1967, sebelum akhirnya bermain sebagai gelandang PSV Eindhoven selama dua tahun. Tak pernah jadi pemain penting di klub tersebut, Hiddink kembali bergabung dengan De Graafschap hingga 1977. Sempat mencoba peruntungan di NEC Nijmegen, Hiddink kembali ke De Graafschap hingga gantung sepatu di tahun 1982.
Hiddink lalu menekuni bidang kepelatihan. Tak langsung jadi kepala pelatih. Hiddink lebih dahulu menjadi asisten manajer selama empat tahun di PSV Eindhoven. Tahun 1987, ia diserahi tanggung jawab sebagai manajer klub tersebut. Di bawah kepemimpinan Hiddink, Eindhoven meraih gelar treble pertamanya sepanjang sejarah klub, yakni Eredivisie, Piala Belanda, dan Piala Eropa pada tahun 1988.
Prestasi itu mengokohkan Eindhoven sebagai satu dari tiga raksasa Belanda di samping Ajax dan Feyenoord. Ditukangi tangan dingin Hiddink, Eindhoven juga sukses meraih tiga gelar Eredivisie sepanjang tahun 1987 hingga 1990. Hiddink bukan pelatih yang gila hormat dan rakus pujian. Orang-orang yang pernah bekerja bersamanya mengakui bahwa Hiddink selalu menghargai kerja keras tim dalam setiap pencapaian mereka.
Di luar Belanda, nama Hiddink harum di Stamford Bridge, markas Chelsea. Mengarsiteki Chelsea, Hiddink bak dewa penyelamat yang mengangkat The Blues dari keterpurukan. Menggantikan pelatih Brasil Luiz Felipe Scolari yang dipecat sebelum musim 2008/2009 berakhir, Hiddink mencatat prestasi cukup memuaskan. Dengan arahan simpel dan tak berbelit-belit, skuatnya mampu bermain efektif. Di bawah asuhannya, Chelsea hanya sekali kalah dan berhasil memboyong Piala FA tahun 2009. Kendati banyak punggawa Chelsea yang memintanya tinggal, Hiddink tetap bersikeras pergi lantaran sudah harus melaksanakan tugasnya melatih timnas Rusia.
Tak hanya teruji kemampuannya melatih klub, Hiddink juga jempolan memoles tim-tim negara yang bisa dikatakan "anak bawang" untuk bisa berbicara lebih di panggung internasional. Terbukti, semua tim negara yang dilatihnya selalu berhasil mencatat prestasi baru. Misalnya saja ketika ia membawa Belanda finis di urutan keempat Piala Dunia 1998, atau ketika mengangkat Korea Selatan ke peringkat empat Piala Dunia 2002. Australia juga pernah merasakan pencapaian terbaik pertamanya sepanjang sejarah berkat Hiddink. Mereka sukses menembus putaran kedua Piala Dunia 2006. Demikian pula halnya dengan Rusia yang berhasil menginjak semi final Euro 2008 di bawah kepemimpinan Hiddink.
Pada tanggal 28 Maret 2014, Hiddink diumumkan akan kembali melatih timnas Belanda menggantikan Louis van Gaal. Hiddink sepakat akan melatih tim Oranje hingga Euro 2016 mendatang.