Suara.com - Setelah cukup lama dibahas dan jadi perbincangan, teknologi garis gawang akhirnya resmi dipergunakan di Piala Dunia (PD) 2014. Teknologi yang bertujuan membantu menentukan bola sudah masuk gawang (gol) atau belum, itu pun sudah dipakai wasit dalam laga Prancis versus Honduras di Grup E.
Tapi mungkin, bukan teknologi rumit yang memaksimalkan fungsi belasan kamera itu yang saat ini menyedot perhatian penonton. Justru sebaliknya, sebuah teknologi "sederhana" yang sudah resmi dipakai sejak laga pembuka Brasil kontra Kroasia, yaitu busa semprotan pembuat tanda garis, yang jadi perhatian banyak pecinta sepakbola dunia.
Ya, disebut canggih mungkin memang tidak tepat, tetapi jelas sangat efektif. Setidaknya, hal itu sudah diakui oleh banyak pihak sejak lama, terutama para wasit, pengurus asosiasi sepakbola, hingga pemain sendiri. Sekadar diketahui, benda yang kadang juga disebut "busa menghilang" (vanishing foam), ini memang bukan barang yang sama sekali baru, melainkan sudah dipergunakan sejak beberapa tahun lalu.
Sebagaimana ditulis Reuters, kaleng aerosol ukuran kecil yang bisa menyemprotkan bahan sejenis busa itu, memang sudah cukup lama populer di ajang sepakbola dan di kawasan Amerika khususnya. Liga Sepakbola Amerika Serikat (MLS) disebut sudah menggunakannya, demikian juga dengan turnamen Copa Libertadores dan Copa America 2011.
Berdasarkan catatan New York Times (NYT) pula, semprotan yang bahannya disebut tidak beracun ini, ditemukan dalam wujudnya sekarang oleh seorang jurnalis Argentina, Pablo Silva. Benda ini menjadi perhatian publik pertama kali pada tahun 2008, ketika dipergunakan oleh wasit dalam beberapa kompetisi negara Amerika Selatan, sebelum berikutnya meluas ke negara-negara dan kompetisi lain.
Busa semprotan ini disebut bisa digunakan di semua permukaan lapangan, serta dirancang segera menghilang (tak terlihat) dalam rentang 45 detik hingga 2 menit kemudian. Kegunaannya adalah membantu wasit memberi garis batas di lapangan untuk pagar betis saat menghadapi tendangan bebas (sesuai jarak 9,1 meter), dengan tujuan agar tidak dilanggar pemain sehingga tidak lagi membuang-buang waktu.
"Saya kira ini menjadikannya lebih mudah bagi para wasit dalam membuat keputusan. Mereka (wasit) memiliki tugas yang berat, dan saya rasa ini bisa membuat pertandingan dan tugas mereka jauh lebih ringan," komentar bek Amerika Serikat (AS), Fabian Johnson, seperti dikutip NYT.
"Ini merupakan peralatan vital untuk memastikan bahwa peraturan benar-benar diikuti," ungkap Howard Webb, wasit terkenal yang juga bertugas di PD Brasil tahun ini, sembari mengakui bahwa awalnya dia masih canggung membawa-bawa semprotan itu di pinggangnya saat bertugas.
"(Semprotan) Ini akan membantu kami dalam memastikan para pemain di posisi seharusnya saat tendangan bebas, yang pada akhirnya juga bisa memberi tim penyerang (penendang bebas) peluang lebih besar dalam menghasilkan sesuatu dari set piece tersebut," tutur Webb pula, sebagaimana dikutip BBC.
Tentu saja, sekali lagi, di luar bahwa busa semprot ini diakui efektif membantu wasit dalam menegakkan aturan dan mengurangi terbuangnya waktu, ini sebenarnya bukanlah sebuah karya teknologi canggih. Lagi pula, seperti dicatat NYT, busa ini bukan tidak punya kekurangan. Setidaknya, satu kejadian di mana busa tak bisa disemprotkan dalam cuaca dingin di salah satu laga MLS pada Desember lalu, menunjukkan perlu adanya solusi lebih lanjut. [Reuters/NYT/BBC]