Ninja, Rahasia di Balik Bola Resmi Piala Dunia Brasil

Syaiful Rachman Suara.Com
Jum'at, 30 Mei 2014 | 15:20 WIB
Ninja, Rahasia di Balik Bola Resmi Piala Dunia Brasil
Brazuca. (Youtube)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Kegagalan Adidas menyediakan bola yang mumpuni untuk mensukseskan Piala Dunia sebelumnya, memaksa perusahaan asal Jerman itu mencipta inovasi baru untuk kesuksesan Piala Dunia Brasil 2014. Sebelumnya di Piala Dunia Afrika Selatan tahun 2010, Jabulani yang disodorkan Adidas dinilai gagal.

Tahun ini, Adidas telah memperkenalkan pengganti Jabulani yang dinamakan Brazuca. Nama Brazuca sendiri diambil dari kata slang bahasa Brasil.

Bola yang akan digunakan di ajang Piala Dunia 2014 tercipta setelah dilakukan penelitian panjang oleh sejumlah ilmuwan di Universitas Tsukuba. Brazuca diklaim memiliki performa yang jauh lebih baik dari bola biasa.

Saat melayang, desain Brazuca membuatnya mampu mengatasi tekanan udara dan tetap lembut saat disentuh pemain. Takeshi Asai, profesor ilmu pengetahuan olahraga di Institut Kesehatan  dan Ilmu Olahraga Universitas Tsukuba mengatakan bahwa pengetahuan kelompok pembunuh di zaman feodal Jepang, yang dikenal dengan Ninja, dalam teknik melempar shuriken menjadi dasar penelitian yang menghasilkan Brazuca.

"Saat Brazuca melayang dalam kecepatan tertentu, ketahanan udara akan merosot sehingga Brazuca bisa melaju kencang," kata Asai.

Berbeda dengan Jabulani yang memiliki delapan panel, Brazuca dibalut enam panel kulit. Berkurangnya panel ini diakui bisa memberikan performa yang jauh lebih baik.

"Meski panel dikurangi, namun setiap panel yang kami gunakan memiliki bentuk dan volume yang lebih besar dan lebar. Hal itu berpengaruh pada kecepatan bola dan kemampuannya mengatasi ketahanan udara," jelas Asai.

Brazuca juga 68 persen lebih besar dari Jabulani, namun lebih ringan satu gram dari pendahulunya itu. Berat Brazuca adalah 437 gram. Asai mengaku, dengan diameter dan berat yang dimilikinya Brazuca dapat melaju 20 meter per detik dan bisa melayang di udara jauh lebih baik dari Jabulani. (Reuters)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI