Kimia Beracun Ditemukan pada Sejumlah Barang Bertema Piala Dunia

Ruben Setiawan Suara.Com
Selasa, 20 Mei 2014 | 12:54 WIB
Kimia Beracun Ditemukan pada Sejumlah Barang Bertema Piala Dunia
Ilustrasi. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Bahan kimia beracun ditemukan pada barang-barang olahraga bertema Piala Dunia 2014.  Barang-barang tersebut dibuat oleh tiga produsen perlengkapan olahraga internasional.

Laporan tersebut diungkap oleh Greenpeace, organisasi pecinta lingkungan hari Senin (19/5/2014). Greenpeace mengaku membeli sejumlah barang buatan tiga produsen tersebut di 16 negara dan benua di seluruh dunia dan melakukan uji coba atas barang-barang tersebut sejak bulan Maret hingga Mei.

Greenpeace mendapati temuan bahwa 81 persen dari tiga merek sepatu bola dan 35 persen dari tiga merek kaos bola memiliki kadar residu kimia. Residu kimia tersebut antara lain plasticizer dan Perfluorinated Compounds (PFC).

Dari uji coba tersebut diketahui bahwa sebuah sepatu buatan salah satu produsen punya indeks asam perfluorooctanoic 15 kali lebih banyak dibanding kandungan standar asam tersebut. Menurut laporan Greenpeace tersebut, asam perfluorooctanoic (PFOA) kerap dipakai untuk membuat bahan tekstil menjadi tahan air dan sulit teruraikan. Pada kontak jangka panjang, menurut laporan tersebut, bahan kimia itu dapat berdampak pada kesuburan.

Laporan tersebut juga mengatakan bahwa uji coba PFOA pada binatang dapat menyebabkan kanker. Menurut Li Yifang, direktur proyek pencegahan polusi di Greenpeace, mengatakan, penggunaan bahan kimia itu saat ini dilarang di sejumlah negara dan wilayah, termasuk Norwegia. Sejumlah perusahaan mengaku sudah tidak lagi menggunakan bahan kimia tersebut dalam produksi.

Lebih lanjut, Greenpeace menyarankan konsumen dan penggemar klub sepakbola untuk tidak membeli barang-barang yang mengandung bahan kimia. Greenpeace juga mendesak ketiga produsen tersebut untuk mengungkap informasi soal bahan kimia beracun itu pada produk mereka. Mereka juga didesak untuk membuat target waktu penghentian penggunaan bahan kimia tersebut dalam produksi mereka. (Asia One)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI