Maskapai Indonesia Berpeluang Tampung Pesawat Boeing yang DIkembalikan China

Achmad Fauzi Suara.Com
Kamis, 24 April 2025 | 15:08 WIB
Maskapai Indonesia Berpeluang Tampung Pesawat Boeing yang DIkembalikan China
Menteri Perhubungan Dudy Purwagandhi/(Suara.com/Achmad Fauzi).
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Menteri Perhubungan (Menhub) Dudy Purwagandhi mempersilahkan maskapai-maskapai yang beroperasi di Indonesia mengambil pesawat Boeing yang dikembalikan dari maskapai asal China.

Namun, dalam hal ini Kementerian Perhubungan (Kemenhub) hanya sekadar merestui saja, keputusan diambilnya pesawat Boeing tersebut ada di maskapai.

Menurut Menhub, maskapai juga harus melihat kebutuhan dan dari sisi pendanaan untuk mendatangkan pesawat Boeing yang dikembalikan maskapai China.

"Ya kita serahkan ke airline. Kalau airline memandang bahwa dengan kondisi mereka bisa mendatangkan pesawat atau bisa membahabatkan situasi, mungkin bagus karena kita kan memang masih membutuhkan pesawat yang lebih banyak," ujar Dudy di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta yang dikutip Kamis (24/4/2025).

Sebenarnya, bilang Menhub, dari sisi aturan dan teknis, sah-sah saja jika maskapai RI ingin mengambil alih pesawat Boeing bekas maskapai China.

"Dimungkinkan (ambil pesawat Boeing), pastinya dimungkinkan,” jawab Menhub.

Ramai-ramai Pulangkan Pesawat

Ketegangan dagang Amerika Serikat dan China kembali memakan korban. Kali ini bukan berupa produk konsumsi, melainkan sebuah jet canggih senilai puluhan juta dolar.

Seperti dilansir dari The Guardian, Senin (21/4/2025), sebuah pesawat Boeing 737 MAX yang dicat dengan livery Xiamen Airlines, maskapai asal China, mendarat di pusat produksi Boeing di Seattle, AS, Minggu kemarin (20/4), setelah menempuh perjalanan ribuan mil dari pusat penyelesaian pesawat Boeing di Zhoushan, China.

Baca Juga: Trump Melunak! Siap Negosiasi Besar dengan China, Pasar Global Bereaksi Positif

Pesawat itu sejatinya siap diserahkan, namun mendadak dikembalikan di tengah pusaran tarif perdagangan yang kian panas.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI