Trump, yang saat ini tengah mendorong agenda ekonomi ambisius melalui kebijakan tarif besar-besaran terhadap sebagian besar negara mitra dagang AS, menuntut The Fed segera memangkas suku bunga untuk mendorong pertumbuhan.
Namun permintaan itu bertabrakan dengan sikap hati-hati Powell dan para pembuat kebijakan bank sentral yang menilai inflasi masih menjadi ancaman.
“Jika saya ingin dia keluar, dia akan segera keluar, percayalah,” ujar Trump pada Kamis lalu, merujuk pada Powell, yang masa jabatannya sebagai Ketua The Fed dijadwalkan berakhir pada Mei 2026.
Powell sendiri menegaskan bahwa ia tidak berniat mengundurkan diri, dan menekankan bahwa independensi kebijakan moneter merupakan “masalah hukum” yang tidak bisa begitu saja diganggu oleh tekanan politik.
Pernyataan ini langsung memicu perdebatan luas di kalangan ekonom dan pengamat pasar.
“Fakta bahwa ketua The Fed merasa harus secara terbuka mengklarifikasi posisinya menunjukkan bahwa tekanan dari Gedung Putih sangat serius,” kata Diane Swonk, Kepala Ekonom KPMG, kepada AFP.
Senada dengan itu, Stephanie Roth, Kepala Ekonom Wolfe Research, mengatakan bahwa konflik antara Trump dan Powell tidak terhindarkan, namun ia tidak percaya bahwa The Fed akan tunduk pada tekanan politik.