Meski diluncurkan dengan niat baik untuk meningkatkan kualitas gizi anak sekolah, pelaksanaan Program MBGdi berbagai daerah justru dibayangi sejumlah persoalan serius.
Tak hanya soal dapur yang berhenti beroperasi karena tunggakan pembayaran, sebelumnya ada dugaan keracunan makanan yang terjadi pada siswa yang mengindikasikan bahwa pengawasan terhadap program perlu diperketat.
Salah satu kasus yang mencuat yaitu pelaksanaan program MBG di Sukoharjo, Jawa Tengah. Pada 16 Januari 2025, sebanyak 40 siswa SDN Dukuh 03 mengalami gejala keracunan setelah menyantap ayam tepung dari program MBG. 10 siswa di antaranya mengaku mencium bau tidak sedap dari makanan tersebut dan mengalami mual.
Di daerah lain, hasil investigasi dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menemukan adanya bahan makanan yang sudah basi, khususnya sayur, yang digunakan dalam program MBG. Meski tidak disebutkan lokasi temuan secara spesifik, hal ini menunjukkan adanya kelalaian dalam sistem pengawasan mutu makanan.
Selain keracunan, temuan lainnya mengindikasikan bahwa hanya satu dari enam jenis menu MBG yang memenuhi standar Angka Kecukupan Gizi sesuai Permenkes No. 28 Tahun 2019.
Anak-anak sekolah dasar seharusnya mendapatkan asupan 500-700 kalori per sekali makan, lengkap dengan karbohidrat, protein hewani dan nabati, lemak, dan buah. Namun, banyak menu MBG tidak memenuhi komposisi tersebut.
Beberapa siswa juga mengeluhkan sayur yang terasa pahit, susu yang dijanjikan tapi tidak diberikan, hingga makanan yang datang terlambat sampai dua jam.
Demikianlah informasi terkait profil Yayasan Media Berkat Nusantara yang mengelola dana program Makan Bergizi Gratis dan rugikan vendor dapur di Kalibata.
Kontributor : Dini Sukmaningtyas
Baca Juga: Pentingnya Makan Bergizi untuk Anak Berkebutuhan Khusus: Upaya Mewujudkan Inklusi di Sekolah