Jangan Ketinggalan Negara Tetangga, Pemerintah Diminta Rombak Kebijakan Investasi Asing

Achmad Fauzi Suara.Com
Rabu, 16 April 2025 | 11:56 WIB
Jangan Ketinggalan Negara Tetangga, Pemerintah Diminta Rombak Kebijakan Investasi Asing
Ilustrasi [Ist]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Center for Market Education (CME) bersama Universitas Prasetiya Mulya secara resmi meluncurkan kajian kebijakan atau Policy Brief terkait dengan investasi asing. Policy Brief ditulis oleh Alfian Banjaransari, Alvin Desfiandi, Carmelo Ferlito, Yohanes Kadarusman, dan Rama Poerba.

Policy brief ini diluncurkan bersamaan dengan Business Economics Conference (BEC) 2025 yang digelar di kampus BSD Universitas Prasetiya Mulya.

CME Chief Economist, Alvin Desfiandi mengatakan, menyoroti pentingnya reformasi kebijakan investasi asing Foreign Direct Investment (FDI) agar lebih terbuka, efisien, dan inklusif.

Menurut dia, di tengah ketidakpastian global yang dipicu oleh perang tarif yang masih berlangsung, Indonesia harus proaktif.

"Negara tetangga sudah menjemput bola, Indonesia jangan sampai ketinggalan. Pemerintah perlu mengambil langkah konkret untuk mendorong masuknya arus investasi asing. Tidak hanya fokus kepada tujuan jangka panjang, tetapi juga capaian jangka pendek yang bisa diraih melalui deregulasi yang tepat sasaran," ujarnya seperti dikutip, Rabu (16/4/2025).

Asia Tenggaran, kekinian menjadi kawasan tujuan investasi global terbesar pasca pandemi COVID-19. Di saat arus investasi dunia menurun drastis, turun 33 persen dari USD2 triliun pada 2015 menjadi USD1,3 triliun pada 2023, Asia Tenggara justru mencatatkan pertumbuhan signifikan sebesar 92 persen, dari USD120 miliar menjadi USD230 miliar di periode yang sama.

Bukan sekedar angka, arus modal yang masuk ke Indonesia berdampak langsung dan nyata terhadap masyarakat luas, mulai dari pelaku UMKM hingga jaringan pemasok lokal.

Indonesia sejatinya tidak tinggal diam. Indonesia sudah menjalankan sejumlah fundamental reforms. Namun, meminjam istilah Bank Dunia, tantangan ke depan ada pada efficiency reforms: reformasi yang mendorong produktivitas dan daya saing.

Menurut Bank Dunia, inilah jalan krusial agar Indonesia bisa naik kelas menjadi negara berpendapatan tinggi sesuai visi Indonesia Emas 2045.

Baca Juga: Panen Raya Padi 2025 Sangat Tinggi, Pengamat Menyatakan Publik Layak Memberikan Apresiasi

Kekinian, kontribusi FDI terhadap PDB Indonesia masih di bawah 2 persen, dibawah negara tetangga seperti Vietnam yang sudah mencapai 4-5 persen. Yang lebih mengkhawatirkan, sebagian besar investasi asing ke Indonesia masih bersifat market-seeking, yang mengandalkan demografi raksasa Indonesia semata tanpa mendorong produktivitas atau ekspor.

Investasi asing yang bersifat market seeking cenderung menghasilkan pertumbuhan rendah dan upah rendah, alih-alih efficiency-seeking, investasi yang berorientasi pada efisiensi biaya, optimalisasi produksi, dan penciptaan lapangan kerja berkualitas.

Berbeda dengan korporasi multinasional yang kerap hanya berorientasi pasar domestik, UKM global (global SMEs) cenderung lebih agile dan adaptif. Alvin menambahkan, untuk memperkaya ekosistem investasi dan membuka ruang bagi pelaku yang lebih beragam dan berdampak, kebijakan yang lebih inklusif, termasuk peninjauan ulang persyaratan modal minimum, perlu dipertimbangkan secara serius

Dari perspektif hukum dan regulasi, Safita Narthfilda dari TRILEXICA at Law mengangkat adanya urgensi untuk melakukan terobosan seperti regulatory sandbox yang ramah inovasi. Regulatory sandbox dapat digunakan untuk mempercepat dan memutakhirkan proses perizinan.

Safita, yang juga penggiat fintech ini, berpendapat bahwa Inisiatif ini penting agar Indonesia mampu bersaing dengan negara-negara lain di tengah kompetisi ketat dalam menarik investasi global, khususnya di tengah konflik geopolitik.

Realisasi Investasi 2024

Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BPKM), sepanjang tahun 2024, Indonesia mencatatkan realisasi investasi sebesar Rp1.714,2 triliun, meningkat 20,8 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

Capaian ini melampaui target pemerintah sebesar Rp1.650 triliun, mencapai 103,9 persen dari target yang ditetapkan

Adapun, realisasi investasi itu terdiri dari penanaman modal asing (PMA) sebesar Rp900,2 triliun atau 52,5 persen dari total, meningkat 21 persen secara tahunan.

Kemudina, disumbang dari penanaman modal dalam negeri (PMDN) sebesar Rp814 triliun atau setara 47,5 persen dari total, meningkat 22,5 persen secara tahunan.

Investasi terbesar tercatat pada sektor hilirisasi, khususnya industri logam dasar, pertambangan, dan pengolahan mineral. Langkah strategis pemerintah dalam melarang ekspor bijih nikel sejak 2020 turut mendorong pertumbuhan investasi di sektor ini.

Realisasi investasi sepanjang 2024 berhasil menyerap sekitar 2,4 juta tenaga kerja, menunjukkan kontribusi signifikan terhadap perekonomian nasional.

Negara-negara dengan investasi terbesar di Indonesia selama 2024 meliputi, Singapura, China, Hong Kong Ketiga negara tersebut mendominasi investasi asing langsung (FDI), terutama di sektor pertambangan dan pengolahan logam.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI