Suara.com - Kebijakan tarif impor resiprokal yang diumumkan pemerintahan Presiden AS Donald Trump pada awal April lalu telah memicu gejolak signifikan pada pasar komoditas global, terutama pada komoditas strategis seperti emas.
Sebagai lembaga kliring untuk Perdagangan Berjangka, PT Kliring Berjangka Indonesia (PT KBI) mencatat lonjakan volume transaksi komoditas strategis di tengah ketidakpastian geopolitik dan ekonomi.
Kebijakan tarif impor AS sebesar 32% untuk Indonesia dan hingga lebih dari 100% untuk produk tertentu dari China telah mengganggu rantai pasok global, mendorong investor beralih ke aset safe-haven seperti emas dan komoditas fisik.
Berikut data terkini yang terpantau di pasar Indonesia selama periode Q1 2025:
Volume Transaksi Emas Loco London di Bursa Berjangka Jakarta atau Jakarta Futures Exchange (JFX) secara keseluruhan meningkat 20.2% secara yoy dengan total 1,491,864 lot (Q1 2025) dibanding 1,240,323 lot (Q1 2024).
Faktor pendorong atas data tersebut adalah ketidakpastian nilai tukar Rupiah terhadap USD dan juga permintaan lindung nilai (hedging) dari pelaku industri.
Saat ini, Indonesia menghadapi tantangan unik berupa "Currency-Commodity Double Squeeze,” dimana kenaikan Harga Emas dipicu permintaan safe-haven global dan Penguatan USD terhadap Rupiah. Kombinasi ini meningkatkan tekanan inflasi dan biaya impor di berbagai sektor industri.
Merespon hal tersebut, dilansir dari Bloomberg Technoz, Bank Indonesia (BI) telah mengaktifkan "Instrumen Intervensi Rangkap 3" untuk menjaga stabilitas Rupiah: Intervensi di pasar valas, Penyesuaian suku bunga acuan, dan Optimalisasi cadangan devisa.
Sejalan dengan hal tersebut, sebagai lembaga kliring, PT KBI menerapkan sistem pemantauan real-time untuk memastikan operasional pasar berjangka menggunakan Intra-Day Margin, dimana margin dihitung berdasarkan last price di JFX dan Anggota kliring dihimbau untuk melakukan top-up margin jika terjadi kekurangan (shortage).
"Kami telah mengantisipasi gejolak ini dengan memperkuat pemantauan operasional atas pemenuhan margin secara real time menggunakan Intra Day Margin setiap 2 (dua) jam sekali. Dalam Perdagangan Berjangka Komoditi (Futures Trading) fluktuasi harga yang kini sedang terjadi merupakan sebuah peluang baik yang dapat dimanfaatkan oleh para pelaku industri," kata Budi Susanto, Direktur Utama PT KBI, dalam keterangan tertulisnya, Senin (14/4/2025).
Baca Juga: Pengamat Soroti Dugaan Kesengajaan Trump dalam Mengacaukan Ekonomi Dunia
"Dampak langsung atas fluktuasi harga tersebut adalah peningkatan transaksi emas Loco London, hal ini turut mencerminkan kepercayaan investor terhadap instrumen safe-haven di tengah ketidakpastian pasar. PT KBI dalam hal ini akan terus berkomitmen menjadi penopang stabilitas sistem keuangan melalui mekanisme kliring yang transparan, responsif, dan terpercaya," Budi menambahkan.