Emas dan Bitcoin Banyak Diborong Imbas Ketegangan Perang Dagang AS vs China

M Nurhadi Suara.Com
Selasa, 08 April 2025 | 21:02 WIB
Emas dan Bitcoin Banyak Diborong Imbas Ketegangan Perang Dagang AS vs China
Ilustrasi - Analisis Harga Bitcoin Terkini. [ANTARA/REUTERS/Dado Ruvic/Foto Dokumen]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Di tengah meningkatnya ketidakpastian di pasar global, salah satunya akibat kebijakan tarif Presiden AS, Donald Trump investor kembali beralih ke aset safe haven tradisional yang telah teruji selama ribuan tahun - emas.

Kenaikan harga emas spot hampir 1% pada hari ini tidak hanya mencerminkan reaksi sesaat terhadap ketegangan perdagangan antara Amerika Serikat dan Tiongkok, tetapi juga menunjukkan perubahan mendasar dalam persepsi pasar tentang peran emas di era ekonomi yang semakin terpecah dan tidak stabil.

Situasi yang berkembang cukup mengkhawatirkan. Ketika Presiden AS Donald Trump mengeluarkan ultimatum kepada pemerintah Tiongkok untuk mencabut tarif balasan sebesar 34% atau menghadapi kenaikan tarif baru sebesar 50%, pasar global langsung bereaksi keras. Bukan karena pernyataan ini tidak terduga, tetapi karena waktu dan besarnya perubahan kebijakan ini memaksa pelaku pasar untuk mengevaluasi kembali asumsi dasar yang selama ini menjadi fondasi perdagangan internasional.

Harga emas, yang sebelumnya sempat turun ke level terendah dalam empat minggu karena harapan akan meredanya ketegangan, kini melonjak kembali di atas level US$3.000 per ons. Zain Vawda, analis MarketPulse dari OANDA, dalam pernyataannya kepada Reuters menyatakan bahwa penguatan emas didorong oleh melemahnya nilai dolar AS dan ketidakpastian yang terus berlanjut terkait perkembangan perang dagang.

Kenaikan harga emas ini bukan sekadar reaksi sesaat. Fenomena ini mencerminkan krisis kepercayaan terhadap sistem ekonomi yang selama dua dekade terakhir menjadi dasar globalisasi, stabilitas tarif, prediktabilitas kebijakan, dan kepastian rantai pasokan global. Dalam konteks seperti ini, emas tidak lagi dipandang semata-mata sebagai alat proteksi terhadap inflasi atau tempat berlindung sementara bagi modal.

Emas kini mulai diposisikan sebagai penjaga nilai dalam sistem ekonomi yang sedang berusaha menemukan keseimbangan baru. Para investor yang cerdas menyadari bahwa risiko yang dihadapi saat ini bukan sekadar volatilitas biasa, melainkan potensi restrukturisasi menyeluruh terhadap arsitektur ekonomi dunia. Dengan kata lain, emas mulai dilihat sebagai alat proteksi nilai yang efektif melintasi berbagai siklus dan sistem ekonomi.

Inilah sebabnya mengapa banyak manajer investasi dan analis pasar terus merekomendasikan alokasi 5 hingga 10% portofolio ke dalam emas spot. Rekomendasi ini bukan sekadar strategi defensif, tetapi lebih sebagai persiapan menghadapi kemungkinan masa depan yang tidak lagi dapat diprediksi menggunakan model-model ekonomi konvensional.

Sementara itu, untuk instrumen emas berjangka, meskipun banyak investor yang kehilangan sebagian keuntungan ketika harga sempat menembus level US$3.200, pendekatan konservatif tetap menjadi prinsip utama dalam menghadapi pasar yang sangat rentan terhadap gejolak geopolitik.

Namun, narasi emas sebagai pelindung nilai tak bisa berdiri sendiri. Seseorang juga harus melihat bagaimana Bitcoin ($BTC), sebagai aset digital yang sering dijuluki "emas versi milenial", bereaksi terhadap tekanan pasar.

Baca Juga: IHSG Anjlok 8 Persen, Saham NETV Justru Terbang Tinggi Menuju ARA!

Analis Reku Fahmi Almuttaqin dalam keterangannya yang dikutip via Antara mengatakan, kebijakan tarif Trump menekan Bitcoin pada awal April 2025, turun ke level 83.000 dolar AS walaupun sempat naik  ke level 87.000 dolar AS saat pengumuman awal.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI