Situasi semakin memburuk ketika Presiden Trump melalui platform media sosialnya mengancam akan menaikkan tarif impor dari China menjadi 50 persen setelah negara Tirai Bambu tersebut mengeluarkan respons balasan. Sri Mulyani menilai bahwa kondisi ini merupakan eskalasi yang belum mencapai titik akhir dan akan sulit untuk diredam mengingat melibatkan langsung kepala negara.
"Sesudah China menyampaikan retaliasi, Presiden Trump dengan Twitter mengatakan saya akan menaikkan lagi tarifnya menjadi 50 persen. Ini adalah eskalasi yang belum berakhir. Dan karena ini sudah menyangkut Presiden dengan Presiden, biasanya akan sangat sulit untuk face saving-nya," pungkas Sri Mulyani.
Menghadapi dinamika global yang penuh ketidakpastian ini, Sri Mulyani menekankan pentingnya bagi Indonesia untuk bersikap terbuka, pragmatis, dan sekaligus lincah (agile) dalam merumuskan dan mengimplementasikan kebijakan ekonomi.
Pemerintah Indonesia dituntut untuk terus memantau perkembangan situasi global, menganalisis dampaknya terhadap perekonomian nasional, dan mengambil langkah-langkah strategis untuk melindungi kepentingan bangsa di tengah gejolak perdagangan internasional yang semakin intens. Pernyataan keras Sri Mulyani ini menjadi sinyal kuat bahwa Indonesia tidak akan tinggal diam dalam menghadapi kebijakan perdagangan yang dianggap tidak adil dan tidak berlandaskan prinsip ekonomi yang sehat.