Kurs Rupiah Selangkah Lagi Rp17.000 per Dolar AS, Donald Trump Biang Keroknya

M Nurhadi Suara.Com
Senin, 07 April 2025 | 10:07 WIB
Kurs Rupiah Selangkah Lagi Rp17.000 per Dolar AS, Donald Trump Biang Keroknya
Petugas menunjukan mata uang dolar AS di Ayumas Money Changer, Jakarta Pusat, Kamis (19/3). [Suara.com/Alfian Winanto]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Nilai tukar rupiah terus menunjukkan tren pelemahan yang mengkhawatirkan, bahkan hampir menyentuh level psikologis Rp17.000 per dolar AS.

Pada pembukaan perdagangan hari ini pasca libur Lebaran, Senin (7/4/2025), rupiah tercatat melemah signifikan sebesar 251 poin (1,51%) menjadi Rp16.904 per dolar AS, dari posisi sebelumnya Rp16.653 per dolar AS. Pengamat pasar uang sekaligus Presiden Direktur PT Doo Financial Futures, Ariston Tjendra, menyatakan bahwa pelemahan ini dipicu oleh respons negatif pasar terhadap kebijakan tarif resiprokal Amerika Serikat (AS) yang diumumkan oleh Presiden Donald Trump.

"Sentimen negatif muncul setelah pengumuman kebijakan tarif Trump, yang kemudian direspons dengan penolakan oleh negara-negara yang terkena dampak kenaikan tarif. Ini menjadi pemicu utama pelemahan rupiah," jelas Ariston dikutip dari ANTARA di Jakarta.

Kekhawatiran Pasar atas Perlambatan Ekonomi Global

Menurut Ariston, pasar keuangan global sedang dilanda kekhawatiran bahwa perang dagang AS dengan sejumlah negara, termasuk Tiongkok dan Uni Eropa, akan memukul pertumbuhan ekonomi dunia. Kebijakan tarif yang saling membalas dapat mengurangi volume perdagangan internasional, sehingga memperlambat aktivitas ekonomi.

"Pasar khawatir ekonomi global tidak akan baik-baik saja karena potensi penurunan akibat perang dagang. Ini mendorong pelaku pasar untuk keluar dari aset berisiko, seperti saham dan mata uang negara berkembang, lalu beralih ke aset safe haven seperti dolar AS, emas, atau obligasi pemerintah AS," ujarnya.

Selain kebijakan Trump, pelemahan rupiah juga dipengaruhi oleh data ekonomi AS yang lebih kuat dari perkiraan, khususnya laporan nonfarm payrolls yang menunjukkan ketahanan pasar tenaga kerja Negeri Paman Sam. Data ini memperkuat ekspektasi bahwa The Fed (Bank Sentral AS) mungkin akan mempertahankan suku bunga tinggi lebih lama, sehingga dolar AS semakin menguat.

Ketegangan Geopolitik Memperburuk Sentimen Pasar

Tidak hanya faktor ekonomi, gejolak geopolitik juga turut menekan rupiah. Ariston menyebutkan bahwa eskalasi konflik di Timur Tengah dan Eropa Timur menambah ketidakpastian pasar.

Baca Juga: Industri Padat Karya RI Terancam Gulung Tikar Usai Kebijakan Tarif Impor 32 Persen Presiden Trump

"Perang di Timur Tengahsemakin memanas dengan serangan Israel yang meningkat, sementara AS juga terlibat dalam serangan terhadap Yaman. Di Ukraina, tensi perang antara Rusia dan Ukraina kembali meninggi dengan serangan balasan di beberapa front," katanya.

Kondisi ini membuat investor semakin berhati-hati dan menghindari aset-aset berisiko, termasuk mata uang emerging market seperti rupiah.

Apakah Rupiah Akan Tembus Rp17.000 per Dolar AS?

Dengan tekanan yang datang dari berbagai sisi, peluang rupiah menembus Rp17.000 per dolar AS semakin besar. Namun, Ariston menyatakan bahwa respons kebijakan dari otoritas moneter Indonesia dan perkembangan negosiasi perdagangan global bisa menjadi faktor penentu.

"Kita masih menunggu respon pasar. Jika Trump melunak dalam kebijakan tarif atau ada kesepakatan dagang yang lebih baik, sentimen bisa berbalik positif untuk aset berisiko, termasuk rupiah," ujarnya.

Sementara itu, Bank Indonesia (BI) diperkirakan akan terus melakukan intervensi di pasar valas untuk mencegah gejolak berlebihan. Namun, jika tekanan eksternal terus berlanjut, rupiah berpotensi menguji level Rp17.000 dalam waktu dekat.

Pelemahan rupiah ke level Rp16.900-an per dolar AS merupakan cerminan dari sentimen negatif pasar terhadap perang dagang, ketegangan geopolitik, dan penguatan dolar AS. Jika tekanan ini berlanjut tanpa adanya perubahan kebijakan atau perbaikan situasi global, target Rp17.000 per dolar AS bukan tidak mungkin akan tercapai. Investor dan pelaku usaha disarankan untuk memperkuat lindung nilai (hedging) guna mengantisipasi volatilitas yang lebih tinggi di masa mendatang.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI