Suara.com - Nilai tukar rupiah terhadap ringgit Malaysia mengalami pelemahan signifikan, mencapai Rp3.740 per ringgit pada 28 Maret 2025 kemarin, menjelang Lebaran. Bahkan, 26 Maret lalu, kurs Rupiah terhadap Ringgi Malaysia anjlok di angka Rp3.751. Ini merupakan level terendah dalam lima tahun terakhir, di mana pada 2020 lalu mencapai angka Rp3.838, menandakan tekanan yang meningkat pada mata uang Indonesia.
Data dari Wise menunjukkan bahwa pada 21 Maret 2025, kurs konversi 1 MYR setara dengan 3.730,28 IDR. Sementara itu, Exchange-Rates.org mencatat nilai tukar 1 MYR mencapai 3.742,60 IDR pada periode yang sama.
Sementara, dikutip pada hari ini, Minggu (30/3/2025), nilai tukar 1 MYR (Malaysia Ringgit) berada di angka Rp3.733. Menguat 7 poin dibandingkan dua hari sebelumnya.
Pelemahan rupiah tidak hanya terjadi terhadap ringgit Malaysia, tetapi juga terhadap dolar AS.
Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS terus menunjukkan tren pelemahan dalam beberapa hari terakhir. Data Bank Indonesia (BI) mencatat, pada penutupan perdagangan Rabu (26/3/2025), rupiah berada di level Rp16.575 per dolar AS, kemudian melemah lagi menjadi Rp16.590 pada pembukaan Kamis (27/3/2025).
Kepala Departemen Komunikasi BI, Ramdan Denny Prakoso, dalam keterangan resminya menjelaskan, "Pelemahan rupiah terjadi bersamaan dengan penguatan indeks dolar AS (DXY) yang mencapai level 104,55 dan kenaikan yield US Treasury 10 tahun menjadi 4,352 persen." Namun, di tengah tekanan eksternal tersebut, yield Surat Berharga Negara (SBN) tenor 10 tahun justru membaik dari 7,13% menjadi 7,09%.
Analis pasar menilai pergerakan rupiah saat ini masih dalam batas wajar. "Pelemahan rupiah lebih disebabkan faktor eksternal, terutama ekspektasi kebijakan The Fed yang masih hawkish," ujar Andika Putra, ekonom PT Bahana Sekuritas.
Di sisi lain, aliran modal asing menunjukkan pola menarik. Pada pekan keempat Maret 2025 (24-26 Maret), terjadi beli neto Rp1,93 triliun oleh investor asing, dengan pembelian terbesar di pasar saham mencapai Rp2,63 triliun. Namun, mereka justru melakukan penjualan di pasar SBN senilai Rp0,51 triliun dan SRBI Rp0,19 triliun.
Secara akumulatif sejak awal tahun hingga 26 Maret 2025, pasar saham mencatat jual neto Rp32,02 triliun oleh investor asing. Namun, hal ini diimbangi dengan beli neto di pasar SBN sebesar Rp16,08 triliun dan SRBI Rp10,98 triliun, menunjukkan minat investor asing yang tetap kuat terhadap instrumen utang pemerintah.
Baca Juga: Rupiah Diprediksi Melemah, Investor Tunggu Pernyataan BI Terkait Pelemahan IHSG
Sementara itu, premi Credit Default Swap (CDS) Indonesia untuk tenor 5 tahun mengalami sedikit kenaikan dari 90,41 basis poin (bps) pada 21 Maret menjadi 90,84 bps pada 26 Maret 2025. Kenaikan ini masih dalam batas normal dan mencerminkan risiko kredit Indonesia yang relatif stabil.