Deadline Relaksasi Pajak dan Pelaporan SPT Semakin Dekat, Dirjen Pajak Tak Terbitkan STP

M Nurhadi Suara.Com
Minggu, 30 Maret 2025 | 07:03 WIB
Deadline Relaksasi Pajak dan Pelaporan SPT Semakin Dekat, Dirjen Pajak Tak Terbitkan STP
Ilustrasi pajak [Suara.com/Alfian Winanto]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Direktorat Jenderal Pajak (DJP) telah mengeluarkan kebijakan penghapusan sanksi administratif bagi Wajib Pajak orang pribadi yang terlambat membayar Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 29 dan/atau menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan PPh untuk tahun pajak 2024.

Kebijakan ini tertuang dalam Keputusan Dirjen Pajak Nomor KEP-79/PJ/2025 yang ditandatangani pada 25 Maret 2025. Pemberian relaksasi ini berlaku hingga 11 April 2025, di mana DJP tidak akan menerbitkan Surat Tagihan Pajak (STP) bagi Wajib Pajak yang memanfaatkan kebijakan ini.

Latar Belakang Kebijakan Relaksasi

Kebijakan ini dilandasi oleh periode libur nasional dan cuti bersama yang cukup panjang pada akhir Maret hingga awal April 2025, yaitu mulai 28 Maret hingga 7 April 2025, yang bertepatan dengan perayaan Nyepi dan Lebaran.

Kondisi ini berpotensi mengganggu proses administrasi perpajakan, termasuk pembayaran PPh Pasal 29 dan pelaporan SPT Tahunan. Selain itu, jumlah hari kerja di bulan Maret 2025 menjadi lebih sedikit, sehingga dikhawatirkan banyak Wajib Pajak yang tidak dapat memenuhi tenggat waktu yang ditetapkan.

Berdasarkan Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (UU KUP), batas akhir penyampaian SPT Tahunan untuk Wajib Pajak orang pribadi adalah paling lambat 3 bulan setelah berakhirnya tahun pajak, atau 31 Maret 2025. Jika terlambat, Wajib Pajak biasanya dikenai sanksi administrasi berupa denda Rp100.000. Namun, dengan adanya kebijakan relaksasi ini, DJP memberikan kelonggaran waktu hingga 11 April 2025 tanpa dikenai sanksi.

Mekanisme Penghapusan Sanksi Administratif

Dalam situasi normal, jika Wajib Pajak terlambat membayar PPh Pasal 29 atau melaporkan SPT Tahunan, Kantor Pelayanan Pajak (KPP) akan menerbitkan Surat Tagihan Pajak (STP) sebagai bentuk penagihan resmi atas kekurangan pembayaran pajak beserta sanksi administrasi (bunga atau denda). Namun, dalam KEP-79/PJ/2025, DJP secara tegas menyatakan bahwa tidak akan menerbitkan STP bagi Wajib Pajak yang memanfaatkan masa relaksasi ini.

PPh Pasal 29 sendiri merupakan kekurangan pembayaran pajak yang terjadi ketika jumlah PPh yang terutang dalam suatu tahun pajak lebih besar daripada total kredit pajak yang telah dibayar sebelumnya (seperti melalui pemotongan PPh Pasal 21, 22, 23, atau 25). Kekurangan ini harus dilunasi sebelum atau bersamaan dengan penyampaian SPT Tahunan. Jika tidak, Wajib Pajak biasanya akan dikenai sanksi berupa bunga.

Baca Juga: Pajak Indonesia Terburuk: Bank Dunia Sebut Negara Kehilangan Hampir Rp1 Kuadriliun

Dampak Positif bagi Wajib Pajak

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI