Suara.com - Suasana Lebaran 2025 diprediksi akan jauh berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Kondisi ekonomi yang lesu dan daya beli masyarakat yang menurun drastis diperkirakan akan membuat perayaan Idulfitri tahun ini terasa hambar.
Salah satu indikator utama lesunya ekonomi Lebaran tahun ini adalah penurunan jumlah pemudik yang signifikan. Menurut survei terbaru dari Kementerian Perhubungan, jumlah pemudik pada Lebaran 2025 diperkirakan hanya mencapai 146,48 juta orang, atau sekitar 52% dari total penduduk Indonesia. Angka ini turun 24% dibandingkan tahun sebelumnya, yang mencapai 193,6 juta pemudik.
Penurunan jumlah pemudik ini tentu saja berdampak besar pada perputaran uang selama Lebaran. Biasanya, momen Lebaran menjadi salah satu pendorong utama pertumbuhan ekonomi, dengan meningkatnya konsumsi masyarakat untuk berbagai kebutuhan, mulai dari makanan, pakaian, hingga oleh-oleh. Namun, dengan jumlah pemudik yang turun drastis, perputaran uang diperkirakan akan mengalami penurunan yang signifikan.
Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan (Menko) Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) mengakui adanya penurunan jumlah pemudik ini.
"Penurunan ini tentu menjadi perhatian kami. Ada berbagai faktor yang mungkin mempengaruhinya, dan kami akan melakukan kajian lebih lanjut untuk mendapatkan gambaran yang lebih pasti," ungkap AHY di kantornya, Jumat (28/3/2025).
Meski terjadi penurunan, AHY menegaskan bahwa pemerintah tetap berkomitmen untuk memberikan pelayanan terbaik bagi masyarakat yang tetap melakukan perjalanan mudik. Infrastruktur yang telah disiapkan, seperti jalan tol, bandara, dan terminal, akan tetap dioptimalkan.
"Pemerintah telah mengeluarkan berbagai kebijakan strategis untuk memastikan kelancaran arus mudik. Mulai dari pengaturan lalu lintas untuk mengurangi kemacetan, hingga upaya menurunkan harga tiket transportasi," jelas AHY.
Penurunan angka pemudik ini menjadi fenomena menarik di tengah upaya pemerintah meningkatkan kualitas infrastruktur dan layanan transportasi. Berbagai spekulasi bermunculan mengenai penyebabnya, mulai dari kondisi ekonomi, perubahan tren perjalanan, hingga faktor-faktor lain yang masih perlu dikaji lebih dalam.
Pemerintah berjanji akan terus memantau situasi dan melakukan evaluasi untuk memastikan bahwa kebijakan yang diambil tetap relevan dan efektif dalam melayani kebutuhan masyarakat.
Baca Juga: Meluber di Stasiun Pasar Senen di Hari Puncak Arus Mudik, Okupansi Pemudik Tembus 107 Persen
“Tentunya bukan hanya mengurai kemacetan, meyakinkan agar semua infrastruktur dan fasilitas pendukung arus mudik ini juga dapat digunakan sebaik mungkin, tetapi juga membuat harga-harga tiket semakin terjangkau,” ucap AHY.
“Sekali lagi untuk memudahkan masyarakat sesuai arahan Bapak Presiden Prabowo Subianto, sebisa mungkin kita membuat masyarakat semakin nyaman dan juga semakin terbantu, karena berkurang biaya untuk transportasi, apalagi kalau membawa keluarga,” tutur dia.
Lesunya kondisi ekonomi ini sejalan dengan data yang disampaikan oleh Direktur Ekonomi Center of Economic and Law Studies (Celiod), Nailul Huda, dia mengatakan pada Januari 2025, terjadi penurunan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) hingga 0,4 persen (month-to-month) dibandingkan IKK Desember 2024.
"Situasinya cukup anomali. Jika kita mengacu pada periode 2022 hingga 2024, biasanya terjadi kenaikan IKK di bulan Januari karena ada optimisme konsumen di awal tahun. Kondisi keyakinan konsumen melemah juga terjadi di bulan Februari 2025,” ungkap Huda.
Data lainnya juga menunjukkan hal yang serupa dimana ada penurunan angka IPR (Indeks Penjualan Riil) pada Januari 2025. Pada Desember 2024, angka IPR sebesar 222 poin dan angka IPR turun menjadi 211,5 di Januari 2025.
"Jika kita tengok pergerakan di Desember 2023 ke Januari 2024 masih bergerak positif. Artinya, konsumen yang tidak yakin akan perekonomian tahun 2025, mendorong penjualan eceran kita juga turun. Akibatnya, daya beli masyarakat kian terperosok di awal tahun 2025,” imbuh Huda.
Dengan kondisi tersebut Huda menyampaikan perputaran uang di momen Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri akan melemah dibandingkan dengan tahun lalu.
“Tambahan Jumlah Uang yang Beredar (JUB) dalam artian sempit (M1) di momen Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri 2025, akan melemah sebesar 16,5 persen dibandingkan momen yang sama di tahun 2024. Tambahan uang beredar hanya di angka Rp114,37 triliun. Sedangkan tahun 2024, tambahan uang beredar ketika momen Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri mencapai Rp 136,97 triliun.” katanya.