Suara.com - Chapman Taylor adalah seorang investor terkemuka yang baru-baru ini ditunjuk sebagai anggota Dewan Penasihat Danantara, badan pengelola investasi Indonesia.
Dengan pengalaman luas di dunia investasi global, Taylor diharapkan dapat memberikan kontribusi signifikan dalam pengelolaan dan pengembangan aset negara melalui perannya di Danantara.
Karier dan Kontribusi di Indonesia
Selama lebih dari dua dekade, Chapman Taylor telah berperan aktif dalam investasi di Indonesia. Kontribusinya tidak hanya terbatas pada sektor keuangan, tetapi juga mencakup hubungan baik dengan berbagai pemangku kepentingan di negara ini.
Pada Agustus 2024, perayaan pensiunnya di Indonesia dihadiri oleh sejumlah menteri, menandakan pengakuan atas dedikasinya terhadap pembangunan ekonomi Indonesia.
![Chapman Taylor. [Ist]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/03/24/12457-chapman-taylor-ist.jpg)
Peran di Danantara
Sebagai anggota Dewan Penasihat Danantara, Chapman Taylor diharapkan memberikan pandangan strategis berdasarkan pengalaman luasnya dalam investasi global.
Bersama tokoh-tokoh internasional lainnya, seperti Ray Dalio dan Jeffrey Sachs, Taylor akan membantu Danantara dalam mencapai tujuannya mengelola aset negara senilai sekitar $900 miliar.
Dengan rekam jejak yang solid dan pengalaman mendalam di sektor investasi, Chapman Taylor memiliki peran krusial dalam memastikan pertumbuhan dan keberlanjutan strategi investasi Danantara.
Baca Juga: Jejak Karier Djamal Attamimi, Bono Daru Adji dan Stefanus Ade, Tiga Holding Investasi Danantara!
Pendidikan
- Master of Business Administration (MBA) in Finance and Strategic Planning – Wharton School, University of Pennsylvania, AS
- Bachelor's Degree in Physics and Theology – Tulane University, AS
Pengalaman Profesional
- Equity Portfolio Manager, Capital Group (1994–sekarang)
- Research Director & Equity Investment Analyst, Capital Group (1994–sekarang)
- Konsultan, SRI International and Strategic Planning Associates (1989–1994)
Pencapaian
- Memiliki pengalaman lebih dari 33 tahun sebagai Equity Portfolio Manager di Capital Group.
- Berfokus pada investasi di Asia, khususnya di sektor telekomunikasi dan pasar negara berkembang seperti Indonesia, Filipina, Malaysia, dan Selandia Baru.
- Diakui atas kontribusinya dalam dunia investasi dan pendidikan, menjadikannya tokoh berpengaruh di bidang keuangan global.
Apa itu Danantara?
Daya Anagata Nusantara, atau disingkat Danantara, adalah badan pengelola investasi strategis yang dibentuk oleh pemerintah Indonesia pada 24 Februari 2025.
Tujuan utama pendirian Danantara adalah mengonsolidasikan dan mengoptimalkan investasi pemerintah untuk mendukung pertumbuhan ekonomi nasional.
Nama "Danantara" sendiri memiliki makna filosofis: "Daya" berarti energi atau kekuatan, "Anagata" berarti masa depan, dan "Nusantara" merujuk pada Tanah Air Indonesia. Dengan demikian, Danantara mencerminkan kekuatan ekonomi yang menjadi energi masa depan Indonesia.
Tujuan dan Strategi Danantara
Danantara bertujuan untuk meningkatkan efisiensi aset negara, menarik investasi global, dan memperkuat daya saing Indonesia di sektor-sektor strategis.
Badan ini dirancang untuk beroperasi dengan pendekatan profesional dan menerapkan prinsip tata kelola yang baik (good governance).
Sebagai "superholding" BUMN, Danantara mengelola aset-aset negara dengan nilai mencapai sekitar $900 miliar, yang mencakup kepemilikan pemerintah di berbagai perusahaan milik negara terkemuka seperti Bank Mandiri, Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Negara Indonesia (BNI), Pertamina, PLN, dan Telkom Indonesia.
Struktur Organisasi Danantara
Danantara dipimpin oleh Rosan Roeslani sebagai CEO, dengan Pandu Patria Sjahrir menjabat sebagai Chief Investment Officer (CIO), dan Dony Oskaria sebagai Chief Operating Officer (COO).
Selain itu, dewan penasihat Danantara terdiri dari tokoh-tokoh berpengaruh, termasuk investor miliarder Ray Dalio, ekonom Jeffrey Sachs, mantan perdana menteri Thailand Thaksin Shinawatra, serta mantan presiden Indonesia Joko Widodo dan Susilo Bambang Yudhoyono.
Fokus Investasi Danantara
Pada tahap awal, Danantara berencana menginvestasikan $20 miliar dalam berbagai proyek strategis yang meliputi pengolahan mineral, pengembangan kecerdasan buatan (AI), energi terbarukan, dan ketahanan pangan.
Investasi ini diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia dari 5% menjadi 8% pada tahun 2029.
Tantangan dan Kontroversi Danantara
Meskipun memiliki tujuan yang ambisius, pembentukan Danantara tidak lepas dari kontroversi.
Beberapa pihak mengkhawatirkan potensi campur tangan politik dan kurangnya transparansi dalam pengelolaan dana tersebut.
Penunjukan tokoh-tokoh politik dalam struktur kepemimpinan Danantara menimbulkan kekhawatiran mengenai independensi dan profesionalisme badan ini.
Selain itu, keputusan untuk mengalihkan dividen BUMN dari anggaran negara ke Danantara memicu perdebatan mengenai dampaknya terhadap pendapatan negara dan prioritas pengeluaran publik.