Suara.com - Raymond Thomas Dalio, atau yang lebih dikenal sebagai Ray Dalio, adalah seorang investor dan filantropis terkemuka asal Amerika Serikat. Ia ditunjuk sebagai Dewan Pengawas Danantara atau Daya Anagata Nusantara.
Ia dikenal sebagai pendiri Bridgewater Associates, salah satu perusahaan manajemen investasi terbesar di dunia.
Baru-baru ini, Dalio ditunjuk sebagai Ketua Dewan Penasihat Danantara Indonesia, sebuah dana kekayaan negara yang baru dibentuk dengan tujuan mengelola aset negara senilai sekitar $900 miliar.
Karier dan Prestasi
Ray Dalio mendirikan Bridgewater Associates pada tahun 1975 dari apartemennya di New York.
Di bawah kepemimpinannya, Bridgewater berkembang menjadi salah satu hedge fund paling sukses di dunia.
Dalio dikenal karena pendekatannya yang berbasis prinsip dalam investasi dan manajemen, yang kemudian ia tuangkan dalam bukunya yang berjudul "Principles".
![Raymond Thomas Dalio atau Ray Dalio. [Ist]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2025/03/24/34479-raymond-thomas-dalio-atau-ray-dalio-ist.jpg)
Peran di Danantara Indonesia
Sebagai Ketua Dewan Penasihat Danantara Indonesia, Dalio diharapkan membawa pengalaman dan wawasannya dalam pengelolaan investasi global untuk membantu mencapai target pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 8% pada tahun 2029.
Baca Juga: Profil John Prasetio, Dubes RI Era SBY dan Jokowi Jadi Komite Manajemen Risiko Danantara!
Danantara berencana untuk menginvestasikan $20 miliar dalam proyek-proyek yang berkaitan dengan sumber daya alam, pengembangan kecerdasan buatan, energi, dan ketahanan pangan. Reuters+1Suara Rembang+1
Pandangan tentang Indonesia
Dalio melihat potensi besar dalam perekonomian Indonesia. Ia menyoroti utang yang rendah dan ketersediaan dana sebagai modal untuk investasi sebagai faktor-faktor yang mendukung pertumbuhan ekonomi negara ini.
Dampak dan Harapan
Kehadiran Dalio dalam struktur kepemimpinan Danantara diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan investor dan membawa praktik terbaik dalam pengelolaan dana kekayaan negara. Namun, penunjukan ini juga menimbulkan kekhawatiran di pasar mengenai potensi campur tangan politik dan transparansi dalam pengelolaan dana tersebut.
Dengan rekam jejak dan pengalamannya, Ray Dalio diharapkan dapat memberikan kontribusi signifikan dalam mencapai tujuan strategis Danantara dan mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia di masa depan.
Apa itu Danantara?
Daya Anagata Nusantara, atau disingkat Danantara, adalah badan pengelola investasi strategis yang dibentuk oleh pemerintah Indonesia pada 24 Februari 2025.
Tujuan utama pendirian Danantara adalah mengonsolidasikan dan mengoptimalkan investasi pemerintah untuk mendukung pertumbuhan ekonomi nasional.
Nama "Danantara" sendiri memiliki makna filosofis: "Daya" berarti energi atau kekuatan, "Anagata" berarti masa depan, dan "Nusantara" merujuk pada Tanah Air Indonesia. Dengan demikian, Danantara mencerminkan kekuatan ekonomi yang menjadi energi masa depan Indonesia.
Tujuan dan Strategi Danantara
Danantara bertujuan untuk meningkatkan efisiensi aset negara, menarik investasi global, dan memperkuat daya saing Indonesia di sektor-sektor strategis.
Badan ini dirancang untuk beroperasi dengan pendekatan profesional dan menerapkan prinsip tata kelola yang baik (good governance).
Sebagai "superholding" BUMN, Danantara mengelola aset-aset negara dengan nilai mencapai sekitar $900 miliar, yang mencakup kepemilikan pemerintah di berbagai perusahaan milik negara terkemuka seperti Bank Mandiri, Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Negara Indonesia (BNI), Pertamina, PLN, dan Telkom Indonesia.
Struktur Organisasi Danantara
Danantara dipimpin oleh Rosan Roeslani sebagai CEO, dengan Pandu Patria Sjahrir menjabat sebagai Chief Investment Officer (CIO), dan Dony Oskaria sebagai Chief Operating Officer (COO).
Selain itu, dewan penasihat Danantara terdiri dari tokoh-tokoh berpengaruh, termasuk investor miliarder Ray Dalio, ekonom Jeffrey Sachs, mantan perdana menteri Thailand Thaksin Shinawatra, serta mantan presiden Indonesia Joko Widodo dan Susilo Bambang Yudhoyono.
Fokus Investasi Danantara
Pada tahap awal, Danantara berencana menginvestasikan $20 miliar dalam berbagai proyek strategis yang meliputi pengolahan mineral, pengembangan kecerdasan buatan (AI), energi terbarukan, dan ketahanan pangan.
Investasi ini diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia dari 5% menjadi 8% pada tahun 2029.
Tantangan dan Kontroversi Danantara
Meskipun memiliki tujuan yang ambisius, pembentukan Danantara tidak lepas dari kontroversi.
Beberapa pihak mengkhawatirkan potensi campur tangan politik dan kurangnya transparansi dalam pengelolaan dana tersebut.
Penunjukan tokoh-tokoh politik dalam struktur kepemimpinan Danantara menimbulkan kekhawatiran mengenai independensi dan profesionalisme badan ini.
Selain itu, keputusan untuk mengalihkan dividen BUMN dari anggaran negara ke Danantara memicu perdebatan mengenai dampaknya terhadap pendapatan negara dan prioritas pengeluaran publik.